Cegah Stunting, Anggota Komisi IX DPR RI Kampanyekan Gerakan Makan Telur

Cegah Stunting, Anggota Komisi IX DPR RI Kampanyekan Gerakan Makan Telur

Pedomanrakyat.com, Barru – Anggota Komisi IX DPR RI, Drg. Hj. Hasnah Syam, MARS gencar kampanyekan makan telur untuk cegah Stunting.

Lewat terobosan Gerakan “Ayo Makan Telur, One Egg One Day”, Hasnah Syam menyalurkan bantuan telur kepada anak berisiko Stunting untuk meningkatkan kualitas gizi anak.

Hal tersebut diungkapkan Hasnah Syam dalam kegiatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) Program Percepatan Penurunan Stunting bersama Mitra Kerja di Desa Lempang, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru, Kamis (6/10/2022).

“Jumlah sasaran program ini sebanyak 413 anak usia dibawah 2 tahun, dimana akan diberikan bantuan telur untuk dikonsumsi setiap hari selama enam bulan, nanti kita akan pantau apakah ada kenaikan atau sebaliknya” ungkap Hasnah.

Anggota Komisi IX DPR RI, Hasnah Syam yang juga Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Barru mengatakan program Percepatan Penurunan Stunting merupakan program nasional.

Di mana angka prevalensi Stunting nasional masih berada di angka 24,4 persen sedangkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan batas toleransi stunting suatu negara yaitu 20 persen.

“Pemerintah telah menargetkan Stunting turun menjadi 14 persen di tahun 2024, Kabupaten Barru masih berada di angka 26,4 persen, untuk menurunkannya bukanlah sesuatu hal yang mudah, dibutuhkan kolaborasi dan kerja bersama-sama, baik BKKBN, kesehatan, pemerintah daerah, seluruh stakeholders dan masyarakat” ungkap Hasna Syam.

Hasnah Syam menegaskan anak Stunting bukan hanya terganggu pertumbuhan fisiknya (bertubuh pendek/kerdil) saja, melainkan seluruh organ tubuhnya terganggu perkembangannya.

Termasuk otaknya, yang mana akan mempengaruhi kemampuan belajar dan berkreativitas di sekolah kelak, sehingga bisa menurunkan produktifitas belajar dan bekerja, selain itu anak stunting juga mudah terkena penyakit.

Lebih lanjut dijelaskan, masalah stunting bukan hanya terjadi pada keluarga yang kurang mampu secara ekonomi, tetapi juga terjadi pada keluarga yang berkecukupan hal ini disebabkan karna pola asuh yang salah seperti faktor kesibukan sehingga kurang memperhatikan gizi anaknya.

“Penanganan Stunting tidak hanya fokus pada anak Badutanya saja, tetapi juga pada remaja sebagai calon pengantin dan calon orang tua, sehingga harus dipersiapkan gizi dan kesehatannya, supaya nantinya tidak melahirkan generasi yang Stunting, remaja harus dalam kondisi siap nikah dan siap hamil baik dari segi kesehatan maupun psikologisnya” ungkap Hasnah Syam.

“Stunting banyak juga terjadi disebabkan karna remaja yang yang menikah mengalami kekurangan darah dan berlanjut hingga saat hamil sehingga mempengaruh kehamilannya, dimana sekitar 50 persen remaja kita mengalami anemia” terang Hasnah Syam

Dalam kesempatan itu, Kepala Perwakilan BKKBN Sulawesi Selatan, Dra. Hj. Andi Ritamariani, M.Pd menyebutkan angka prevalensi Stunting Sulawesi Selatan berdasarkan data SSGI tahun 2021 masih berada di angka 27,4 persen diatas angka nasional yaitu 24,4 persen.

Andi Rita mengatakan stunting merupakan kondisi gagal tumbuh dan kembang pada anak akibat kekurangan gizi kronis yang terjadi dalam jangka waktu yang lama, menyebabkan anak tumbuh lebih pendek dari anak seumurannya.

“Anak Stunting tinggi badannya lebih pendek dari anak seusianya, selain tinggi badannya stunting juga mempengaruhi pertumbuhan organ tubuh lainnya termasuk otak anak, namun perlu diketahui anak pendek belum tentu Stunting dan anak Stunting sudah tentu pendek” ungkap Andi Rita.

Ditambahkan Andi Rita, upaya percepatan penurunan Stunting nasional merupakan amanat dari Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting dimana BKKBN di tunjuk sebagai Koordinator Percepatan Penurunan Stunting dan ditargetkan tahun 2024 angka Stunting nasional turun ke angka 14 persen.

“Pendekatan yang dilakukan BKKBN adalah pendekatan keluarga dengan menyasar empat kelompok sasaran khususnya keluarga berisiko stunting untuk mencegah lahirnya anak stunting baru” ungkap Andi Rita.

Keempat kelompok sasaran itu, lanjut Andi Rita, Pertama yaitu remaja sebagai calon pengantin harus disiapkan sejak dini terkait gizi dan kesehatannya; Kedua, Ibu Hamil melalui pemeriksaan kesehatan secara teratur dan pemenuhan gizi selama masa kehamilan.

Ketiga, ibu pasca persalinan dengan pemberian ASI Ekslusif kepada anak dan pengaturan kelahiran dengan alat kontrasepsi pasca persalinan; Keempat, Baduta (usia 0-23 bulan) dengan memberikan asupan gizi yang seimbang dan pola asuh yang baik.

Untuk itu kata dia, mengatasi Stunting harus dimulai dari dari hulu yaitu pada fase remaja, maka saat ini BKKBN telah mengembangkan Aplikasi Elsimil atau Elektronik Siap Nikah dan Hamil.

“Di mana Aplikasi ini dirancang khusus untuk menyasar calon pengantin, ibu hamil dan yang telah melahirkan, Aplikasi ini berfungsi sebagai alat pantau kesehatan dan edukasi seputar kesiapan nikah dan program hamil” Ungkap Andi Rita.

Selain itu semua calon pengantin, tiga bulan sebelum menikah harus melakukan pemeriksaan kesehatan dan akan dipantau melalui aplikasi Elsimil oleh Tim Pendamping Keluarga yang terdiri dari Bidan, Kader PKK dan kader KB selain pendampingan pranikah kerjasama dengan KUA.

“Calon pasangan yang akan menikah bisa melakukan pemeriksaan kesehatan, lingkar lengan atas, berat badan serta minum vitamin dan tambah darah untuk mencegah kelahiran bayi Stunting, ini akan dipantau melalui Aplikasi Elsimil agar siap nikah dan siap hami,” tutup Andi Rita.

Akhir sambutan Kepala BKKBN Sulsel, Andi Rita berharap seluruh peserta dapat mempraktekkan informasi tentang pencegahan stunting dalam keluarga masing-masing sekaligus menjadi perpanjangan tangan informasi ini kepada keluarga dan masyarakat sekitar.

Hadir dalam kegiatan ini, Kepala DPMD PPKB P3A, Jamaluddin, S.Sos, MH, Camat Tanete Riaja, Kepala Desa Lempang dan sejumlah tokoh masyarakat.

Berita Terkait
Baca Juga