FIFA Tolak Liga Super Eropa

Pedoman Rakyat, Nyon – FIFA resmi menolak usulan digelarnya Liga Super Eropa. Melalui pernyataan resminya, FIFA dengan tegas tidak akan mengakui kompetisi elit yang digagas sejumlah klub besar Eropa tersebut. Pernyataan penolakan ini didukung oleh semua konfederasi. Yakni AFC, CAF, Concacaf, CONMEBOL, OFC dan bahkan UEFA.
“Kompetisi seperti itu tidak akan diakui oleh FIFA atau konfederasi masing-masing. Klub atau pemain mana pun yang terlibat dalam kompetisi semacam itu tidak akan diizinkan untuk berpartisipasi dalam kompetisi apa pun yang diselenggarakan oleh FIFA atau konfederasi masing-masing,” begitu bunyi pernyataan tegas resmi FIFA di website resminya, Kamis (21/01/2021).
Sesuai dengan statuta FIFA dan konfederasi, lanjut pernyataan resmi tersebut, semua kompetisi harus diorganisir atau diakui oleh badan yang relevan di levelnya masing-masing, oleh FIFA di level global dan oleh konfederasi di level kontinental.
Dalam hal ini, konfederasi mengakui Piala Dunia Klub FIFA, dalam format saat ini dan yang baru, sebagai satu-satunya kompetisi klub di seluruh dunia. Sementara FIFA mengakui kompetisi klub yang diselenggarakan oleh konfederasi sebagai satu-satunya kompetisi klub kontinental.
“Sepak bola memiliki sejarah yang panjang dan sukses berkat prinsip-prinsip ini. Partisipasi dalam kompetisi global dan kontinental harus selalu dimenangkan di lapangan,” demikian FIFA menutup pernyataan resminya.
Apa Itu Liga Super Eropa?
Liga Super Eropa memang sudah lama jadi pembicaraan, namun tak pernah konkret. Tapi kompetisi ini dikabarkan akan diluncurkan pada 2022. Digagas oleh sejumlah klub elit Eropa.
Dikutip dari Marca, banyak klub yang merasa kalau distribusi hal televisi di sejumlah negara tidak adil. Sehingga ada keinginan untuk mengikuti kompetisi lain, yang bisa mendistribusikan hak siar secara rata.
Apalagi, terdengar kabar kalau hadiah dari kompetisi ini akan lebih besar dari Liga Champions yang sebesar 120 juta euro. Dengan format yang belum rampung, idenya adalah untuk mengisi celah yang ditinggalkan Liga Champions. Dari sini klub tidak ingin UEFA jadi operator kompetisi tersebut. Walaupun idenya tetap mendengarkan UEFA, tapi tetap mengutamakan tuntutan klub.