Menko Airlangga: Ekonomi Kuartal III Tahun Ini Akan Lebih Berat

Menko Airlangga: Ekonomi Kuartal III Tahun Ini Akan Lebih Berat

Pedoman Rakyat Jakarta-Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga akhir 2021 sesuai dengan target pemerintah yakni di kisaran 3,7 persen hingga 4,5 persen. Namun, ia mengakui ekonomi pada kuartal III tahun ini akan lebih berat.

“Kuartal ketiga memang jadi tantangan paling utama karena basis tahun lalu lebih tinggi dari kuartal II,” ujarnya dalam konferensi pers virtual, Jumat (9/7/2021). Airlangga mengaku tak banyak berharap dengan pertumbuhan konsumsi pada kuartal III tahun ini. Pasalnya, pembatasan kegiatan masyarakat lewat PPKM Darurat di berbagai daerah sudah pasti akan mengurangi aktivitas berbelanja masyarakat.

“Indeks konsumsi di atas 100 persen, sudah 104 persen di kuartal II. Dengan adanya mobilitas yang kita tekan dalam penanganan PPKM Darurat sampai (covid-19) bisa turun 50 persen. Ini kemungkinan dari sektor konsumsi akan turun,” tuturnya.

Menurutnya, ke depan pemerintah akan lebih banyak menggenjot belanja anggaran yang memberikan multiplier effect terhadap perekonomian. “Kami sangat berharap konsumsi yang dilakukan pemerintah di kuartal III masih bisa kita dorong di atas 5,6 persen dan ini juga harus konsisten diikuti kuartal keempat,” tuturnya. Ia juga berharap pertumbuhan investasi yang membaik di kuartal pertama dan kedua tahun ini bisa terus berlanjut.

“Diharapkan momentum investasi bisa dijaga. Minimal investasi berada pada range antara 4-5 persen,” imbuhnya. Tak hanya itu, dari sisi ekspor, kinerja pun diharapkan masih bisa bertahan seperti kuartal sebelumnya. “(Ekspor) antara 12 persen sampai 14 persen, dan impor juga sekitar 12 persen. Maka kita berharap di akhir tahun ini range pertumbuhan ekonomi bisa kita jaga 3,7 sampai 4,4 persen,” jelasnya.

Airlangga memastikan pemerintah juga akan terus memantau perkembangan pandemi covid-19 serta dampaknya terhadap perekonomian ke depan. Hingga kuartal II lalu, ia optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia masih sesuai target yang ditetapkan pemerintah.

“Karena ini terkait asumsi skenario kita. Apakah skenario yang optimis atau skenario lebih konservatif. Kalau kita lihat sampai kuartal pertama, minus 0,72 dan di kuartal kedua dengan berbagai kebijakan perpajakan dan relaksasi PPN kita melihat adanya recovery,” tuturnya.

Kondisi ini juga tak lepas dari surplus neraca perdagangan yang dialami Indonesia selama 13 bulan berurut yang ditopang oleh peningkatan harga komoditas mulai dari batu bara hingga perhiasan.

“Ini surplus 13 bulan berturut-turut dan ditopang peningkatan harga-harga komoditas, apakah itu batu bara, baja, kelapa sawit, kemudian terkait dengan karet, maupun aluminium. Dan kita melihat dari ekspor kita juga yang menarik selain CPO dan turunannya, dari logam copper dan turunannya, juga ada yang terkait dengan perhiasan,” pungkasnya.

Berita Terkait
Baca Juga