Miris, Demi Bertahan Hidup Disaat Pandemi Covid-19, Mantan Kernet Bus di Yogyakarta Rela Jual Ginjal
Pedoman Rakyat, Yogyakarta-Miris, akibat pandemi Covid-19 seorang warga Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta, Yitno siap mendonorkan darahnya dan menjual ginjalnya untuk bertahan hidup.
Yitno menempelkan secarik kertas pada tiang listrik di perempatan XT Square Yogyakarta. Secarik kertas itu bertuliskan ‘Siap donorkan darah & ginjal bg yg membutuhkan. Hubungi Pak Yitno telp/sms di 087728981077’.
Tulisan itu diunggah oleh akun media sosial twitter milik @panjipnjk pada, Sabtu (24/7/2021) malam. Akun @panjipnjk itu mengeritik Koordinator PPKM Darurat yang juga Menko Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, yang sempat melontarkan opini bahwa pemerintah mampu menangani pandemi secara terkendali.
Ketika ditelusuri oleh salah satu warganet yang hendak membantu sosok Pak Yitno, pria yang kini menjadi sopir ojek itu mengaku memang tak lagi memiliki dana untuk kehidupan sehari-hari. Sementara biaya hidup dan tanggungan utang menumpuk.
“Saat ini saya cuma mengandalkan sebagai tukang ojek biasa. Mau mendaftar ke GoJek atau Grab saya nggak punya modal hape (smart phone),” ujarnya ketika dihubungi, Sabtu sore.
Beban hidup Yitno dan istrinya, Ngatinah juga semakin berat karena sepeda motor satu-satunya yang dijadikan sandaran penghidupan terancam disita.
“Saat ini pun kredit motor sudah menunggak dua bulan hampir tiga (bulan). Tadi siang pun sudah diberi surat pemberitahuan dari leasing. Terus mau bagaimana lagi saya berbuat,” kata dia.
Yitno sendiri awalnya merupakan kernet bus kota Puskopar. Ketika era bus kota tergusur dan diganti moda transportasi Trans Jogja, ia mencoba peruntungan
sebagai awak bus Raharja.
Sayangnya, ketika pandemi melanda dan pembatasan mobilitas dilakukan pemerintah, PO Raharja melakukan efisiensi karyawan besar-besaran. Yitno termasuk yang diputus kontraknya oleh manajemen bus Raharja.
“Mau bagaimana lagi, kami orang susah, ditambah lagi keadaan sekarang begini. Apa yang harus kami perbuat? Lahan mencari nafkah serba nggak bisa. Cuma satu-satunya jalan, kami harus berkorban, daripada berbuat yang tidak-tidak merugikan orang lain. Cuma itu yang bisa kami harapkan,” tandasnya.