Mitigasi Perubahan Iklim, Peneliti Senior ICRAF Sebut Dana CSR Bisa Digunakan untuk Pembiayaan

Mitigasi Perubahan Iklim, Peneliti Senior ICRAF Sebut Dana CSR Bisa Digunakan untuk Pembiayaan

Pedomanrakyat.com, Makassar – The International Centre for Research in Agroforestry (ICRAF) atau World Agroforestry Indonesia menggelar workshop Pembiayaan Inovatif untuk perbaikan tata kelola bentang lahan, di Hotel Clato Makassar, Selasa (13/6/2023).

Workshop ini dihadiri Koordinator Proyek Land4Lives Sulsel Muhammad Syahrir, Peneliti senior ICRAF Dr Beria Leimona, Sekretaris Bappelitbangda Sulsel Junaidi serta dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Peneliti senior ICRAF, Dr Beria Leimona menuturkan bahwa, pendanaan dan pembiayaan mitigasi perubahan iklim itu beragam, selama ini pemerintah kebanyakan hanya mengandalkan dana dari APBN yang dikucurkan melalui APBD.

“Jadi memang kebanyakan itu hanya memakai anggaran APBD saja, padahal di luar sana terdapat berbagai alternatif skema pendanaan dan pembiayaan di luar APBD dan APBN,” jelas Beria Leimona.

Beria Leimona mengungkapkan bahwa, ada beberapa opsi pendanaan alternatif untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim selain dari sumbernya dan APBD dan APBN.

“Contohnya yang masih jarang pakai itu dari pembiayaan pendanaan dari pihak swasta yakni Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) atau Corporate Social Responsibility (CSR),” ujarnya.

Dimana kata dia, selam ini dana CSR pendanaannya kebanyakan masih sangat konvensional. Mislanya perayaan ulang tahun desa, perbaikan jalan hanya sepotong dan menanam pohon yang sifatnya tentatif.

Padahal pendanaan seperti TJSL atau CSR dari swasta ini bisa diarahkan agar lebih sistematis untuk pendanaan mitigasi dat iklim. Seperti pembayaran jasa lingkungan hidup yang pendanaannya juga dari pihak swasta.

“Antara lain perbaikan lingkup rehabilitasi lahan yang memang sudah di fokuskan ke arah mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Jenis kegiatannya apa, tentunya harus disupport oleh kegiatan riset atau penelitian,” tegas Beria.

Olehnya itu kata dia, Icraf disini payung besarnya adalah mencari kegiatan yang bisa dilaksanakan petani. Terutama petani perempuan dan nanti bermanfaat bagi keluarga, anak perempuan, laki laki dan masyarakat di desa.

Selain itu, ada juga pembiayaan pertanian, seperti kredit usaha kecil yang digelontorkan ke petani dan mau menanam sekaligus berkontribusi untuk adaptasi perubahan iklim.

“Contohnya menanam jagung saja ataukah menanam jagung dicampur dengan kegiatan konstruksi yang memperbaiki lahan dan air,” terangnya.

Sementara itu, Sekretaris Bappelitbangda Sulsel Junaidi mengatakan bahwa, memang daerah atau oemerintah diberikan ruang untuk menarik sumber dana alternatif.

Namun, menjadi kendala yang sering kita hadapi bahwa uang pembiyaan publik melalui lembaga-lembaga yang mungkin ingin mendorong bagaimana pencapaian lingkungan bisanya terkendala pada regulasi penggunaan dana daerah.

“Jadi ini memanng menjadi sebuah tahapan-tahapan yang bagi daerah masih dianggap birokrasinya terlalu panjang. Padahal disisi lain kami didaerah sangat twrbuka dengan sumber-sumber pembiayaan dari luar,” ungkapnya.

Berita Terkait
Baca Juga