OPINI: Peringatan Hardiknas 2021 di Tengah Pandemi
Pedoman Rakyat – Peringatan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2021 di tengah masa pandemi Covid-19 tentu punya perbedaan sekalipun hanya nuansa dibandingkan dua tahun kemarin. Tahun ini dan tahun kemarin, peringatan ini sangat mencerminkan suasana yang berbeda seperti peringatan tahun ini. Banyak dilakukan dengan menggunakan virtual zoom dan sejenisnya.
Kebiasaan baru dengan memakai masker saat bertemu sesama insan pendidikan, dan selalu menjaga jarak yang sifat selalu berdiri tidak berdekatan juga penanda untuk menghindari kerumunan serta cuci tangan setiap saat karena bisa jadi ada yang kita sentuh benda atau lainnya tidak disadari.
Sekalipun pola kebiasaan baru ini dijalani, rasanya tidak mengurangi suasana peringatan Hari Pendidikan Nasional di Tahun 2021 ini. Apalagi peringatan Hardiknas ini bertepatan dengan Bulan Suci Ramadhan Tahun 1442 H yang semoga peringatan ini khususnya bagi kaum muslim sebagai bagian anak negeri semakin meningkatkan derajat keimanannya.
Hari Pendidikan Nasional 2021 tahun ini dengan tema Serentak Bergerak Wujudkan Merdeka Belajar adalah sebuah bentuk proses yang menginginkan komitmen bersama untuk menuju sebuah kemuliaan dengan perspektif psikologis melakukan perbaikan perbaikan atas apa yang pernah terjadi selama ini.
Merdeka Belajar disini tentu yang dimaksudkan bukan pembelajaran bebas tanpa arah, bekerja tanpa tujuan, dan bertindak tanpa indikator, namun memberikan kebebasan belajar yang bertujuan untuk memanusiakan manusia dengan tindakan terukur namun tidak dalam belenggu dan kewajiban administratif semata. Serta proses pembelajaran yang melepaskan rasa takut berbuat atas berbagai tekanan bagi siswa dan guru dari berbagai dimensi kehidupan.
Sungguh menjadi keluarbiasaan, sebelum Indonesia merdeka, satu satunya negara yang telah merintis sistem pendidikan yang hadir sebelum negara ini.merdekan terbukti dengan pendidikan yang telah disungguhkan oleh Ki Hajar Dewantoro yang menggagas pendidikan (sekolah) sebelum Indonesia merdeka. Demikian halnya organisasi masyarakat lainnya seperti Muhammadiyah, dan lain lain.
Kegigihan dan keberanian para pendahulu menggagas sistem pendidikan di Indonesia jauh sebelum kemerdekaan ini yang tentunya berhadapan dengan kolonial atau para penjajah menjadi sebuah decak kagum bagi generasi saat ini. Rintisan peristiwa yang sangat penting ini pula menjadikan para pewaris negeri sekarang selalu berusaha untuk melakukan kegiatan.
Benar kata pesan Pak Prof BJ Habibie bahwa keberhasilan bukan milik orang pintar tetapi keberhasilan itu milik orang yang berusaha dan bergerak. Ingarso Sun Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani adalah sebuah pesan pesan kemaslahatan buat kita pelaku, penyelenggara, pewaris negeri untuk tetap menggelorakan pesan yang bermilyar hikmah untuk semesta pendidikan di Indonesia pada khususnya.
Pemberi Teladan, Penyemangat, dan Menjadi Penuntun adalah sebuah bentuk gerak yang mulia, dan yang bisa melakukan ini adalah orang orang mulia dan gerak kegiatan ini adalah sebuah kemuliaan.
Dalam budaya Bugis Makassar, pesan Ki Hajar Dewantara juga ada dan seindentik dengan makna lontarak Bugis yakni Riolo i na patiroang, ri tengga i na faraga raga, neninya ri munriwi na faampiri. “Ketika berada di depan, maka menjadi teladan, jika berada di tengah maka menjadi penyemangat, dan jika berada di belakang maka selalu menjadi penuntun dan pengarah.”
Betapa nilai pendidikan sangat dijunjung tinggi baik dilokalitas budaya budaya daerah apatah lagi nasional karena sangat disadari bahwa pendidikan itu adalah dimensi penting dan utama dalam sebuah kehidupan. Tentu hal yang patut menjadi perhatian bahwa keberhasilan pendidikan itu sangat ditopang dan ditentukan oleh kemerdekaan. Kemerdekaan adalah sarana utama keberhasilan pendidikan dan pembelajaran yang beradab dan bermartabat.