Peristiwa 1 Muharram, Persiapan Hijrah Nabi Muhammad SAW dari Kota Makkah ke Madinah

Peristiwa 1 Muharram, Persiapan Hijrah Nabi Muhammad SAW dari Kota Makkah ke Madinah

Pedomanrakyat.com, Jakarta – Muharram adalah bulan pembuka dalam penanggalan tahun Islam atau kalender Hijriah.

Pada 1 Muharram adalah awal persiapan hijrah Rasulullah SAW dari Makkah menuju Madinah pada 622 M.

Dikutip dari Kitab Tarikh Ibnu Hisyam, memang Rasulullah SAW tercatat baru hijrah ke Madinah dan tercatat tiba di sana dua bulan berikutnya yakni pada 12 Rabiul Awal 1 H atau pendapat lain menyebut 2 Rabiul Awal 1 H (622 M).

Namun, persiapan hijrah seperti pengutusan sahabat pendahulu, penjalinan kontak dengan penduduk Madinah, dan sebagainya dilakukan lebih awal.

Beberapa sepupu nabi sudah mulai diperintakan untuk berhijrah secara berangsur-angsur pada awal Muharram.

Selain itu, para sahabatnya, Utsman, Hamzah, dan Zaid RA diketahui diutus oleh Rasulullah SAW untuk berangkat hijrah pada malam tanggal 1 Muharram.

Peristiwa hijrah tersebut dilakukan oleh Rasulullah SAW bersama para sahabatnya.

Dijelaskan dalam buku Islam yang Produktif tulisan Prof. Dr. H. Faisal Ismail, M.A, saat itu, kaum kafir Quraisy di Makkah bersekongkol untuk membunuh Rasulullah SAW dan para pengikutnya karena menyebarkan agama Islam yang dianggap mengancam tradisi, kepercayaan politeistik, dan keistimewaan kaum elit Quraisy.

Untuk melindungi diri dan menyebarkan Islam, Rasulullah SAW dan para sahabatnya yang jumlahnya sangat sedikit memutuskan untuk berhijrah dari Makkah menuju Madinah.

Di Madinah, Rasulullah SAW berhasil membangun komunitas muslim dan meneruskan dakwahnya dengan sukses.

Dengan berhijrah, Rasulullah SAW berhasil mengimplementasikan visinya dalam membangun komunitas muslim, berhasil menciptakan perjanjian damai dengan komunitas Arab nonmuslim dan Yahudi dalam Piagam Madinah.

Rasulullah SAW juga menyatukan kaum Muhajirin (orang-orang yang berhijrah) dengan kaum Anshar (penduduk asli Madinah) serta membangun masjid sebagai pusat ibadah dan kegiatan sosial umat Islam.

Jadi, antara permulaan hijrah Rasulullah SAW dan permulaan kalender Islam sebetulnya masih ada jarak sekitar 62 hingga 82 hari dengan bulan Safar di antara keduanya.

Pada dasarnya, Umar bin Khattab RA menetapkan awal tahun Hijriah untuk kebutuhan administratif agar sejarah perjalanan Islam tercatat dengan rapi.

Kemudian, tahun hijrahnya Rasulullah SAW terpilih menjadi awal perhitungan kalender Hijriah karena dianggap menjadi tonggak awal kejayaan umat Islam setelah berdakwah secara sembunyi-sembunyi.

Amalan Menyambut 1 Muharram

Dalam persiapan menyambut 1 Muharram, tentunya umat muslim dapat mempersiapkan diri dengan amalan-amalan yang dapat dilakukan besok.

Dijelaskan dalam Buku Mengenai Hari-hari Besar Islam tulisan Marfu’ah S.Ag, bahwa dengan memperingati pergantian tahun baru Hijriyah, harapan kita adalah agar lebih giat dalam mengamalkan ajaran agama dengan tulus dan konsekuen.

Kita diingatkan untuk taat dan menjalankan segala perintah Allah serta menjauhi larangan-Nya.

Selain itu, dijelaskan lebih lanjut bahwa peringatan tahun baru Hijriyah juga mengajarkan pentingnya keimanan yang tidak hanya diucapkan dengan kata-kata, tetapi harus diwujudkan dalam amalan nyata.

Seperti yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dalam hadits, iman adalah keyakinan yang ada di hati, diungkapkan melalui ucapan, dan dibuktikan dengan perbuatan.

Seperti yang yang telah diajarkan Rasulullah SAW pada hadits yang artinya: “Iman adalah kepercayaan di hati, diucapkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan.” (HR Ibnu Majah)

Juga pada hadits yang artinya, “Iman itu bukan hanya dalam angan-angan melainkan iman itu adalah kepercayaan yang tetap di hati dan dibuktikan dengan amal.” (HR Ad Dailamy)

Amalan yang bisa dilakukan pada bulan Muharram nanti salah satunya adalah dengan puasa. Puasa Muharram sendiri terdapat dua yang khusus yaitu puasa Tasua dan Asyura yang dilaksanakan pada tanggal 9 dan 10 Muharram.

Niat Puasa Muharram

1. Niat Puasa Tasua

نَوَيْتُ صَوْمَ تَاسُعَاءْ سُنَّةَ ِللهِ تَعَالَى

Arab Latin: Nawaitu sauma tasu’a sunnatal lillahita’ala

Artinya: “Saya niat puasa sunnah Tasu’a, sunnah karena Allah ta’ala.”

2. Niat Puasa Asyura

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ ِعَا شُورَاء لِلهِ تَعَالَى

Arab Latin: Nawaitu shauma ghadin ‘an ada’i sunnati ‘Asyura lillahi ta’ala

Artinya: “Saya berniat puasa sunnah Asyura karena Allah lillahi ta’ala.”

Berita Terkait
Baca Juga