Pertama dalam Sejarah, Ilmuwan Klaim Berhasil Kembangkan Embrio dengan Rahim Buatan
Pedoman Rakyat, Israel – Untuk pertama kalinya dalam sejarah, para ilmuwan menumbuhkan embrio di rahim buatan. Sebuah tim ilmuwan yang berbasis di Israel mengembangkan embrio tikus yang sehat tanpa rahim. Embrio tikus itu sehat, berkembang menjadi janin lengkap dengan detak jantung dan anggota tubuh yang tumbuh.
Dari hari kehari, embrio tikus itu sehat dan tumbuh. Penemuan ini dilakukan tim peneliti dari Weizmann Institute of Science. Membudidayakan sampel embrio ex-vitro, yang berarti di luar rahim mamalia ibu. Yang merupakan komponen penting dari kehamilan.
Tim peneliti menghabiskan tujuh tahun bekerja merancang rahim buatan yang sempurna untuk menampung embrio. Para peneliti yang dipimpin oleh Profesor Jacob Hanna menciptakan sistem kultur yang memungkinkan embrio tikus tumbuh secara normal dari tahap pra-kehamilan hingga ke tahap organogenesis. Yaitu, ketika embrio mengembangkan lapisan kuman seluler yang dengan mantap membentuk organ dalam.
Embrio disimpan secara ex-vitro hingga enam hari. Mungkin yang paling kritis, selama ini, setiap embrio berkembang secara normal. “Embrio yang tumbuh di dalam rahim dan di luar rahim sama secara morfologis dan dalam ekspresi semua penanda garis keturunan dianalisis,” tulis laporan itu yang dilansir thehill.com.
Ide untuk menumbuhkan embrio di luar rahim telah ada sejak tahun 1930-an, menurut para peneliti. Tetapi tidak terlalu berhasil, terutama karena janin yang sedang berkembang cenderung tumbuh tidak normal dibandingkan dengan embrio dalam rahim.
Untuk melakukannya, Hanna dan timnya mengambil embrio tikus berumur beberapa hari yang ditempatkan pada media pertumbuhan buatan manusia yang meniru dinding rahim. Begitu mereka menempel dengan benar, embrio memasuki tahap pertama perkembangan embrio, dan bertambah besar ukurannya.
Dua hari kemudian, ketika organ mulai terbentuk dari lapisan sel embrio yang berbeda yang tumbuh pada fase sebelumnya, para ilmuwan menambahkan larutan nutrisi ke dalam cawan yang menyimpan embrio. Ini berfungsi sebagai substitusi nutrisi yang akan diterima embrio dalam rahim.
“Kami pikir Anda dapat menyuntikkan gen atau elemen lain ke dalam sel, mengubah kondisi atau menginfeksi embrio dengan virus, dan sistem yang kami tunjukkan akan memberi Anda hasil yang konsisten dengan perkembangan di dalam rahim tikus,” kata Hanna.
Misi lab berikutnya adalah untuk melihat apakah mereka dapat membuat embrio buatan menggunakan sel punca. Ini dapat membantu memberikan jawaban atas mengapa beberapa orang berjuang untuk hamil, dan mengungkap lebih banyak tentang jendela menuju implantasi embrio.
Idealnya, penelitian yang berhasil ini juga dapat mengarah pada pengurangan penggunaan hewan dalam eksperimen ilmiah dan mempercepat penelitian.