Pedoman Rakyat, Makassar – Penjabat Wali kota Makassar, Rudy Djamaluddin secara rutin mendatangi satu persatu kantor kecamatan yang ada di wilayah Kota Makassar. Penjabat bergelar profesor ini kunjungan setiap kecamatan dengan alasan ingin dengar aspirasi warga.
Selain itu, Ia juga melakukan dialog dengan seluruh aparat kecamatan, lurah, Tripika, pengurus LPM dan juga ketua RT/RW, sekaligus mendengar kondisi ril yang dihadapi masyarakat di lapangan.
“Esensi pemerintahan itu bukan hanya menghabiskan anggaran APBD, tapi harus betul-betul bisa merealisasikan pembangunan yang bermanfaat untuk masyarakat. Ketika saya menerima amanah ini (Pj Walikota Makassar), tugas paling utama yang dititipkan kepada saya yakni penanganan Covid-19 secara cepat dan efisien. Ini yang membuat saya berpikir siang malam, bahkan tidur pun dikepala saya hanya Covid dan bagaimana cara mengendalikannya” ujar Prof Rudy saat berbicara.
Baca Juga :
Bahkan menurutnya, lembaran draf peraturan walikota yang di sodorkan kepadanya sempat mengalami mengalami beberapa kali revisi sebelum di berlakukan.
“Saya ingat waktu itu draf perwali 36 yang disodorkan panjang dan berlembar-lembar. Saya baca isinya dan kupikir itu terlalu rumit dan akan sulit untuk diterapkan dilapangan. Akhirnya saya susun ulang narasinya, saya ringkas menjadi beberapa lembar saja. Demikian pula perwali 51 dan 53” ujar Prof Rudy.
Ditempat ini, Prof Rudy juga menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada seluruh aparat kecamatan, Tripika, dan seluruh elemen masyarakat yang selama ini telah berjuang bersama melawan penyebaran Covid-19 di Kota Makassar.
“Secara perlahan, kita mulai menggerakkan kembali ekonomi masyarakat, seiring penerapan protokol kesehatan tetap berjalan. Saat ini kita lihat jalan raya sudah mulai padat, pusat-pusat perbelanjaan juga sudah ramai di datangi oleh masyarakat, aktifitas perhotelan sudah berdenyut kembali,” katanya.
“Jika Makassar berhasil melakukan penanganan, maka 80 persen Covid Sulsel tertangani. Dulu, Sulawesi Selatan selalu berada di empat besar tertinggi penyebaran Covid di Indonesia. Alhamdulillah, saat ini Sulsel sudah turun ke peringkat 23. Ini juga ditandai penurunan status Makassar dari merah ke orange” lanjutnya lagi.
Ditempat ini, sejumlah masyarakat juga menyampaikan sejumlah keluhan layanan publik, termasuk kondisi pasar terong yang dianggapnya masih semrawut.
“Kami sudah mengecek kondisi sejumlah pasar tradisional kita, dan memang beberapa diantaranya kondisinya cukup memprihatinkan. Makanya kita akan melakukan evaluasi kinerja terhadap jajaran PD pasar, termasuk menyiapkan beberapa pasar percontohan yang terstandarisasi” lanjut Prof Rudy. (zeg)
Komentar