Pedomanrakyat.com, Makassar – Perwakilan BKKBN Provinsi Sulawesi Selatan menggelar kegiatan Advokasi dan KIE bersama Mitra Kerja Komisi IX DPR RI.
Kegiatan ini ebagai upaya pencegahan stunting melalui Internalisasi Pengasuhan Balita kepada masyarakat di Kelurahan Kiru Kiru, Kabupaten Barru, Jumat (5/5/23).
Kegiatan ini dilaksanakan di dua lokasi yaitu Aula Puskesmas Mangkoso dan Aula Kantor Kelurahan Kiru Kiru dengan sasaran ibu hamil, ibu menyusui dan yang mempunyai baduta sebanyak 40 peserta.
Baca Juga :
Hadir dalam kesempatan itu, Anggota Komisi IX DPR, drg. Hasnah Syam, MARS, Kepala Dinas PMD P2KBP3A Barru, Jamaluddin, S.Sos, MH Kepala Puskesmas Mongkoso, Lurah Kiru Kiru.
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Sulawesi Selatan, Andi Ritamariani menyebutkan angka prevalensi Stunting Sulawesi Selatan berdasarkan data SSGI tahun 2022 masih berada di angka 27,2 persen turun dari 27,4 persen tahun 2021.
“Salah satu kabupaten yang berkontribusi besar dalam penurunan angka stunting di Sulawesi Selatan adalah Kabupaten Barru dimana Barru sukses menurunkan sebesar 12,3 persen yaitu dari 26,4 persen tahun 2021 turun menjadi 14,1 persen di tahun 2022, ini merupakan yang terbesar penurunannya” ujar Andi Rita.
Andi Rita mengatakan stunting merupakan kondisi gagal tumbuh dan kembang pada anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang khusunya di 1000 hari pertama kehidupan.
“Anak Stunting tinggi badannya lebih pendek dari anak seusianya, selain itu pertumbuhan organ tubuh lainnya juga terhambat termasuk otaknya sehingga berdampak pada tingkat kecerdasan anak, namun perlu diketahui anak pendek belum tentu Stunting dan anak Stunting sudah tentu pendek” ungkap Andi Rita.
Upaya percepatan penurunan stunting merupakan amanat dari Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.
Di mana BKKBN di tunjuk sebagai Koordinator Percepatan Penurunan Stunting dan ditargetkan tahun 2024 angka Stunting nasional turun ke angka 14 persen.
“Pendekatan yang dilakukan BKKBN adalah pendekatan keluarga lewat pencegahan dari hulu dan di 1000 hari pertama kehidupan, hal ini untuk mencegah lahirnya anak stunting baru” ungkap Andi Rita
Lanjut Andi Rita, adapun kelompok sasaran itu, Pertama yaitu remaja sebagai calon pengantin harus disiapkan sejak dini terkait gizi dan kesehatannya.
Kedua Ibu Hamil melalui pemeriksaan kesehatan secara teratur dan pemenuhan gizi selama masa kehamilan, ke tiga ibu pasca persalinan dengan pemberian ASI Ekslusif kepada anak dan pengaturan kelahiran dengan alat kontrasepsi pasca persalinan.
Keempat Baduta (usia 0-23 bulan) dengan memberikan asupan gizi yang seimbang dan MPASI serta pola asuh yang baik.
Selain itu kata Andi Rita, Mengatasi Stunting harus dimulai dari dari hulu yaitu pada fase remaja.
“Saat ini BKKBN telah mengembangkan Aplikasi Elsimil atau Elektronik Siap Nikah dan Hamil, dimana Aplikasi ini dirancang khusus untuk menyasar calon pengantin, ibu hamil dan yang telah melahirkan, Aplikasi ini berfungsi sebagai alat pantau kesehatan dan edukasi seputar kesiapan nikah dan program hamil” Ungkap Andi Rita.
Selain itu semua calon pengantin, tiga bulan sebelum menikah harus melakukan pemeriksaan kesehatan dan akan dipantau melalui aplikasi Elsimil oleh Tim Pendamping Keluarga yang terdiri dari Bidan, Kader PKK dan kader KB selain pendampingan pranikah kerjasama dengan KUA.
“Calon pasangan yang akan menikah bisa melakukan pemeriksaan kesehatan, lingkar lengan atas, berat badan serta minum vitamin dan tambah darah untuk mencegah kelahiran bayi Stunting, ini akan dipantau melalui Aplikasi Elsimil agar siap nikah dan siap hamil” ungkap Andi Rita.
Akhir sambutan Kepala BKKBN Sulsel, Andi Rita berharap seluruh peserta dapat mempraktekkan informasi tentang pencegahan stunting dalam keluarga masing-masing sekaligus menjadi perpanjangan tangan informasi kepada keluarga dan masyarakat sekitar.
Anggota Komisi IX DPR RI, Hasnah Syam menyebutkan BKKBN merupakan mitra kerja Komisi IX, dimana ruang lingkup tugasnya meliputi bidang Kesehatan, Ketenagakerjaan dan Kependudukan dimana BKKBN salah satu mitra Komisi IX.
Hasnah Syam menyebutkan stunting menjadi ancaman serius pembangunan kualitas SDM bangsa dalam upaya mewujudkan generasi emas 2045.
“Data SSGI tahun 2022 menunjukkan angka stunting di Indonesia sebesar 21,6 persen, artinya, 1 dari 4 anak di Indonesia mengalami Stunting, sedangkan WHO hanya memberikan toleransi tiap negara hanya sebesar 20 persen” ungkap Hasnah Syam.
Hasnah Syam yang juga Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Barru menyebutkan berbagai inovasi dilakukan Kabupaten Barru dalam menurunkan stunting diantaranya gerakan kampanye makan telur cegah Stunting “One Egg One Day”.
“Dengan Program Ayo Makan Telur, Kita menyalurkan bantuan telur kepada anak berisiko Stunting untuk dikonsumsi selama 6 bulan, selain itu Kita pastikan telur tersebut di konsumsi ” ujar Hasnah Syam.
Dalam kesempatan itu, Hasnah Syam menyampaiakan apresiasi kepada seluruh pihak yang berperan menurunkan angka stunting di Barru.
“Berkat kolaborasi dan sinergitas bersama-sama, baik BKKBN, kesehatan, pemerintah daerah, seluruh stakeholders dan masyarakat angka stunting barru dApat di tutrunkan” tutup Hasna
Komentar