Pedomanrakyat.com, Cianjur – Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan, masih ada potensi gempa susulan pasca gempa bumi pertama di wilayah Cianjur, Jawa Barat, pukul 13.21 WIB pada Senin (21/11/2022).
Sejauh ini, berdasarkan data BMKG pukul 16.00 WIB, sudah terjadi 25 kali gempa susulan.
“Masih ada (potensi gempa susulan),” kata Daryono dalam konferensi pers secara daring, Senin (21/11/2022).
Baca Juga :
Ia menyampaikan, pihaknya akan terus memantau gempa susulan hingga besok, Selasa (22/11/2022) pagi, untuk menganalisis gempa susulan berakhir.
“Kita akan pantau terus dan sampai besok pagi kita akan hitung, dan akan jadi acuan kita dalam estimasi kapan gempa berakhir. Kalau tengah malam, kita belum bisa hitung sampai kapan peluruhan terjadi,” ujar Daryono.
Daryono mengungkapkan, banyaknya gempa susulan dari pergerakan sesar di zona perbatasan Sukabumi, Cianjur, dan Padalarang ini terjadi mengingat kategorinya sebagai gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake).
Gempa dangkal ini memiliki gempa susulan yang banyak karena berada di batuan yang relatif rapuh.
Oleh karenanya, BMKG belum bisa memprediksi seberapa besar kekuatan gempa susulan.
“Ke depan kita akan terus mendapatkan catatan update gempa susulan. Apakah itu lebih besar? Itu belum kita prediksi karena masih unexpectable. Yang pasti karakteristik gempa dangkal akan diikuti aktivitas gempa susulan yang cukup banyak,” kata Daryono.
Lebih lanjut, Daryono mengatakan, wilayah Sukabumi, Cianjur, Lembang, Purwakarta, dan Bandung menjadi kawasan rawan gempa secara permanen.
Pasalnya, secara tektonik kelimanya merupakan kawasan seismik aktif dan kompleks.
Hasil monitoring BMKG menunjukkan, kawasan ini sering sekali terjadi gempa dengan berbagai variasi magnitudo dan kedalaman.
Kompleksitas terlihat dari cukup banyaknya keberadaan sesar, meliputi sesar Cimandiri, sesar Padalarang, sesar Lembang, dan sesar Cirata.
“Tapi gempa (yang) tidak menimbulkan bencana bisa diantisipasi dengan bangunan yang kuat. Terjadinya korban meninggal dan lain-lain, itu bukan (karena) gempa, (tapi karena) struktur bangunan,” ujar Daryono.
Komentar