Pedoman Rakyat, Jakarta – Kementerian Pertanian (Kementan) telah menyiapkan sejumlah program untuk memitigasi dampak perubahan iklim La Nina. Salah satunya adalah menyiapkan brigade La Nina.
“Brigade La Nina ini kita siapkan untuk menanggulangi dampaknya terhadap sektor pertanian,” ungkap Sekretaris Jenderal Kasdi Subagyono, saat menghadiri Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi IV DPR RI, di Gedung DPR/MPR, Senayan, Jakarta, pada Selasa, 9 November 2021.
Brigade La Nina ikut diisi unsur Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan jaringan alumni Sekolah Lapang Iklim (SLI) yang ada di seluruh Indonesia.
Baca Juga :
Selain itu, Kementan juga akan terus berkoodinasi dengan pemerintah daerah dan melakukan mapping wilayah rawan banjir. BMKG telah memetakan wilayah yang berpotensi mengalami curah hujan tinggi hingga berpotensi banjir dengan kategori menengah.
“Berbagai provinsi sudah teridentifikasi. BMKG sudah petakan. Berdasarakan data ini, kita akan lakukan upaya adaptasi dan mitigasi dalam menghadapi La Nina,” sebut Kasdi.
Untuk penggunaan benih, Kementan juga akan mengadvokasi penggunaan benih tahan genangan, seperti Inpara 1 sampai 10, Inpari 29, Inpari 30, Ciherang Sub 1, Inpari 42 Agritan, maupun varietas unggul lokal.
Tak hanya La Nina atau iklim basah, Kasdi menyebutkan Kementan juga telah menyiapkan dampak iklim kering. “Upaya yang dilakukan tidak hanya terbatas pada iklim basah, tapi juga iklim kering. Karena kita harus bisa mengantisipasi perubahan iklim yang akan terjadi nantinya,” jelasnya.
Salah satu langkah yang akan dilakukan dalam menyambut musim kering adalah pembangunan atau rehabilitasi sarana penampungan air dan saluran irigasi tersier dan kuarter.
“Kita akan memperkuat secara konkrit kantong-kantong air dalam bentuk embung ataupun dam parit di saat musim hujan. Kita pun akan berupaya menghemat air, seperti penggunaan irigasi tetes yang sangat baik untuk efisiensi air,” imbuh Kasdi.
Kementan pun akan menguatkan program diversifikasi pangan lokal. Penguatan program ini ditujukan untuk mengurangi ketergantungan padi yang butuh air lebih banyak.
“Diversifikasi pangan lokal adalah upaya kita untuk beradaptasi dengan kondisi air. Kita akan fokus kepada komoditas-komoditas non padi jagung, sukun, singkong, pisang, dan lain-lain yang relatif sedikit butuh air,” tutur Kasdi.
Komentar