Pedoman Rakyat, Makassar – Peran Millenial dalam Pilkada serentak di sejumlah Kabupaten Kota di Sulsel menjadi sorotan dan pembahasan dalam Dialog Kebangsaan oleh Formasel.
Ketua Formasel, Rahmat H Amahoru mengatakan dialog ini digelar dengan tujuan untuk menekan angka Golput, mengingat tahun 2018 lalu angka Golput cukup besar.
“Ada apatisme dikalangan pemuda, itu yang kita ingin ubah. Mudah mudahan dengan dialog ini, bisa setidaknya menumbuhkan partisipasi kalangan millenial dan mahasiswa,” Pungkasnya.
Baca Juga :
Dalam gelaran ini diketahui dua akademisi Dr Ruslan Renggong serta Dr Baso Madiong dihadirkan untuk membedah peran para millenial dalam pilkada 9 Desember mendatang.
Dalam acara ini, Dr Ruslan Renggong yang tidak lain merupakan Dekan Fakultas Hukum Universitas Bosowa 45 itu memulai dengan mendefinisikan istilah millenial. Kata dia, Millenial cenderung diartikan sebagai seorang pemuda atau pemudi berusia antara 15 tahun sampai 22 tahun.
Merujuk hal itu Kata Ruslan, Millenial cenderung memiliki karakter yang tidak mudah percaya, tidak mau diatur sehingga kadang memilih untuk tidak terlibat dalam politik elektoral.
Hal ini tentu saja sangat disayangkan, pasalnya di era kemerdekaan, pemuda kala itu justru begitu aktif terlibat dalam politik. Proklamasi dan terpilihnya Soe Karno sebagai Presiden Pertama tidak bisa dipungkiri adalah andil besar pemuda.
“Inilah seharusnya menjadi evaluasi, jika/
P kemudian millenial sekarang cenderung menjauh dari politik elektoral. Tentu karena mindset, sehingga benar-benar harus diubah,” pungkasnya.
Sementara itu, Dr Baso Madiong tak menampik kecenderungan para Millenial saat ini. Ia pun menjelaskan dan bahkan memberikan tips untuk para Millenial sebelum menjatuhkan pilihannya.
Pertama, kata dia, harus memperhatikan kebutuhan masyarakat. Kebutuhan masyarakat baik dari sektor penanganan ekonomi dan lain sebagainya.
“Nah, yang harus dilihat adalah apakah program kerja pasangan calon berorientasi pada kebutuhan rakyat,” katanya.
Kedua, melacak figur pasangan calon yang akan bertarung. Figur kandidat sangat menentukan orientasi keberlangsungan masyarakat ke depan. Selain itu, figur kandidat harus dilacak apakah punya masalah dengan hukum atau tidak.
Ketiga, visi misi pasangan calon juga perlu menjadi perhatian para pemilih. Utamanya, para pemuda sebagai pemilih cerdas.
“Visi misi ini juga apakah rasional untuk direalisasikan di masyarakat. Dan apakah visi-misi memang bisa direalisasikan,” kata Baso Madiong.
Keempat, kinerja pemerintahan. Baso Madiong menegaskan, masa pemerintahan dari sejak merdeka sampai sekarang adalah mengedepenkan kepentingan rakyat sebagai pemegang tertinggi kekuasaan.
“Jadi penguasa jangan mencoba mengagung-agungkan kekuasannya, karena sesungguhnya kekuasaan tertinggi itu ada pada rakyat,” urainya.
“Pemimpin itu adalah kesempatan terbaik berbuat baik kepada rakyat, bukan kesempatan untuk mengambil keuntungan dari rakyat,” tambahnya. (dir)
Komentar