Pedomanrakyat.com, Jakarta – Harga minyak mentah menanjak pagi ini mengawali perdagangan di wilayah Asia, Rabu (28/12/2022).
Sentimen penggerak datang dari China dan Rusia yang kompak mendongkrak harga acuan Brent dan West Texas Intermediate (WTI).
China merilis sejumlah relaksasi pelonggaran pembatasan Covid-19 yang memacu harapan pemulihan permintaan bahan bakar dari negara beribukota Beijing itu.
Baca Juga :
Sedangkan Rusia mengirim sinyal bakal memangkas produksi sebagai aksi balasan atas pembatasan harga yang dilakukan negara-negara barat.
Hingga pukul 09:25 WIB, minyak mentah berjangka Brent kontrak Maret 2023 di Intercontinental Exchange (ICE) naik 0,24% di level USD84,88 per barel, sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate AS untuk pengiriman Februari di New York Mercantile Exchange (NYMEX) menguat 0,21% di USD79,81 per barel.
Potensi kenaikan permintaan bahan bakar di China datang ketika mitra dagang Indonesia itu tengah bergerak menuju pembukaan kembali pembatasan mobilitas setelah tiga tahun memperketat aktivitas bisnis untuk melawan penyebaran virus corona.
Harapan juga datang dari kabar bahwa Rusia mulai akan memangkas produksi sekaligus melarang penjualan minyak ke negara-negara G7 yang membatasi harga jual mereka. Kebijakan ini diperkirakan akan berlaku mulai 1 Februari 2023, dilansir Reuters, Rabu (28/12/2022).
Dari sisi produksi, Amerika Serikat sedang mengalami gangguan cuaca ekstrem yang membuat produksi miinyak dan gas di North Dakota dan Texas berhenti. Fasilitas pengilangan miinyak sempat melanjutkan operasi setelah sebelumnya terhenti akibat membeku.
Sejumlah jajak pendapat menyebut stok minyak mentah AS diperkirakan akan turun 1,6 juta barel menyusul situasi tersebut. Ke depan, organisasi kelompok industri American Petroleum Institute dan Badan Administrasi Informasi Energi AS akan merilis data persediaan minyak mentah AS terbaru.
Komentar