Pedomanrakyat.com, Jakarta – Saat Eita Sato dan Aoi Hoshi berjalan menuju upacara kelulusan sekolah menengah pertama mereka, langkah kaki mereka bergema di aula yang pernah ramai dan ribut dengan siswa.
Keduanya adalah satu-satunya lulusan SMP Yumoto di bagian pegunungan Jepang utara, dan yang terakhir. Sekolah berusia 76 tahun itu akan menutup pintunya untuk selamanya ketika tahun ajaran berakhir pada Jumat (31/3).
“Kami mendengar desas-desus tentang penutupan sekolah di tahun kedua kami, tetapi saya tidak membayangkan itu akan benar-benar terjadi. Saya terkejut,” kata Eita kepada Reuters.
Baca Juga :
- Mees Hilgers Minta Maaf Absen Bela Indonesia vs Jepang dan Arab Saudi: Butuh Waktu Pulih dari Cedera
- Siap Tempur Lawan Jepang dan Arab Saudi, Maarten Paes Beri Pesan Suporter Timnas Indonesia: Waktunya Senang-senang
- Kasus Penipuan Investasi Bodong, Selebgram Palembang Alnaura Buronan Interpol Ditangkap di Jepang
Angka kelahiran di Jepang anjlok lebih cepat dari yang diperkirakan. Penutupan sekolah meningkat terutama di daerah pedesaan seperti Ten-ei, area ski pegunungan dan mata air panas di prefektur Fukushima.
Perdana Menteri Fumio Kishida telah menjanjikan “langkah-langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya” untuk meningkatkan angka kelahiran, termasuk menggandakan anggaran untuk kebijakan terkait anak, dan mengatakan menjaga lingkungan pendidikan sangat penting.
Sekitar 450 sekolah tutup setiap tahun, menurut data pemerintah. Antara tahun 2002 dan 2020, hampir 9 ribu sekolah menutup pintu mereka selamanya, sehingga sulit bagi daerah terpencil untuk memikat penduduk baru dan lebih muda.
Komentar