Pedomanrakyat.com, Swiss – Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan, Bumi menjadi semakin panas dan lebih berbahaya bagi semua orang.
“Miliaran orang menghadapi epidemi panas ekstrem, dengan suhu mencapai 50 derajat celsius di berbagai wilayah dunia,” kata Guterres, sebagaimana dilansir VOA, Kamis (25/7/2024).
Dalam pekan ini, Bumi memecahkan rekor tiga hari terpanas berturut-turut sepanjang sejarah pencatatan yang dilakukan manusia.
Baca Juga :
Gelombang panas yang terjadi di berbagai wilayah di dunia telah menewaskan banyak orang, terutama di India dan di wilayah Sahel Afrika.
Bulan ini, Eropa, Amerika Serikat (AS), dan Asia juga mengalami panas yang luar biasa.
Guterres mengatakan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) memperkirakan, perbaikan sistem peringatan terkait panas di 57 negara dapat menyelamatkan hampir 100.000 jiwa setiap tahunnya.
Bahan bakar fosil Guterres berujar, pembakaran bahan bakar fosil menjadi biang keladi utama pemanasan global yang menewaskan hampir setengah juta orang setiap tahunnya.
Dia berulang kali meminta para penghasil emisi gas rumah kaca (GRK) untuk memenuhi target Perjanjian Paris 2015 untuk mencegah suhu Bumi naik 1,5 derajat celsius.
Dia menambahkan, perluasan bahan bakar fosil dan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara baru merupakan hambatan untuk mencapai target tersebut.
Ia pun mendesak para pemimpin untuk segera dan secara adil menghentikan bahan bakar fosil dan mengakhiri proyek-proyek batu bara baru.
“G20 harus mengalihkan subsidi bahan bakar fosil ke energi terbarukan dan mendukung negara-negara dan masyarakat yang rentan,” tutur Guterres.
Dia juga mendesak lebih banyak pendanaan adaptasi dan mitigasi iklim dari negara-negara terkaya untuk membantu negara-negara termiskin dan paling rentan yang paling sedikit berkontribusi terhadap pemanasan global.
Guterres juga menyerukan dunia untuk beraksi yang fokus pada mereka yang paling rentan, termasuk melindungi pekerja yang terpapar panas ekstrem.
“Laporan baru dari Organisasi Buruh Internasional memperingatkan, lebih dari 70 persen tenaga kerja global, 2,4 miliar orang, kini berisiko tinggi terkena panas ekstrem,” katanya.
Komentar