Pedoman Rakyat, Jakarta – Kementerian Pertanian (Kementan) langsung bergerak guna menstabilkan anomali harga jagung. Saat ini mengalami kenaikan di tingkat hilir sehingga berdampak pada kenaikan harga pakan dan daging unggas.
Salah satunya yakni mendorong pelaku usaha jagung, peternak mandiri dan industri pakan ternak untuk mengakses jagung yang sedang panen di Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, NTB, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Kalimantan Selatan.
“Rata-rata harga jagung nasional dengan kadar air 15 persen pada Maret 2021 sebesar Rp4.002 dan April Rp4.333 per kilogram dan harga terendah di Bulukumba Rp3.200. Harga jagung di petani intinya masih aman, yang naik ada di hilirnya,” demikian dikatakan Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi pada rapat virtual pembahasan harga jagung nasional di Bogor, Sabtu (24/4/2021).
Baca Juga :
Rapat ini bersama Kementerian Perdagangan, Badan Ketahanan Pangan, pelaku usaha jagung, industri pakan ternak, Kemenko Perekonomian dan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, dan kepala Dinas Pertanian se-Indonesia.
Suwandi menyebutkan saat ini hinga Juni 2021, produksi jagung melimpah karena tengah berlangsung masa panen. Luas panen jagung nasional bulan Januari 373.377 hektare, Februari 623.103, Maret 697.264, April 284.295, Mei 286.682 hektar dan Juni mencapai 324.333 hektare sehingga produksinya mencapai 14,73 juta ton.
“Luas panen ini menunjukkan produksi jagung dalam negeri melimpah. Oleh karena itu, ini saatnya pelaku usaha jagung dan industri pakan untuk segera menyerap jagung petani. Sebab dinamika harga jagung tidak terjadi di semua daerah, kita sudah petakan daerah-daerah sentra panen jagung,” ujarnya.
Lebih lanjut Suwandi menyatakan upaya yang dalam meningkatkan hasil panen menstabilkan harga jagung yakni dengan mengoptimalkan aspek hilir yakni penanganan pasca panen, yakni alat panen, dryer (pengering) dan silo.
Penyiapan aspek hilir ini tentunya tidak hanya dilakukan Kementan, namun juga dari petani jagung sendiri dan industri pakan dan peternak mandiri dengan membangun pola kemitraan.
“Selain itu yang harus dibenahi adalah sistem logistiknya karena sentra-sentra produksi tidak bersinergi dengan sentra industri pakan ternak. Sentra indusrti pakannya ada di sini, sementara yang panen kebanyakan di NTB, Sulawesi Tenggara dan di luar Jawa lainnya,” terangnya.
Direktur Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Ismail Wahab menambahkan kebutuhan jagung per bulan mencapai 1,5 juta ton. Dari produksi jagung Januari-Juni, stok jagung nasional masih aman dalam mememuhi kebutuhan tersebut.
Komentar