Pedoman Rakyat, Makassar – Paslon wali kota dan wakil wali kota Makassar nomor urut 1, Moh Ramdhan Pomanto-Fatmawati Rusdi disebut memiliki banyak kesamaan.
Diantaranya, sama-sama pekerja keras dan ‘sombere’. Dari ratusan titik yang sudah dikunjungi Danny maupun Fatma di Kota Makassar, warga menyebut pasangan ini paling ideal. Keputusan Danny dan Fatma untuk berpasangan di Pilkada Makassar dianggap sudah tepat.
“Bagi saya, keduanya sangat cocok. Sama-sama pekerja keras. Keduanya juga sombere’, tidak pandang siapa dan kapan mereka selalu ada. Khusus Bu Fatma, karena dia perempuan tentu perasaan kami sama. Bedalah kalau sama laki-laki,” kata tokoh perempuan Sudiang Raya, Sulaeha Rahma.
Baca Juga :
Hal yang sama disampaikan Ketua Komunitas Pedagang Pasar Niaga Daya, Muslimin. Fatma digambarkan warga sebagai sosok perempuan pekerja keras dan mandiri. Sama dengan Danny yang etos kerjanya sudah terbukti saat menjabat sebagai Wali Kota Makassar periode 2014-2019 silam. Termasuk tidak punya “dekkeng”.
Atas dasar itulah, katanya, pedagang di Pasar Niaga Daya sepakat menjatuhkan pilihannya ke pasangan yang identik dengan tagline ADAMA’ tersebut. Wajar saja, sebab para pedagang tersebut didominasi kaum perempuan.
“Saya salut karena Bu Fatma yang dipilih oleh Pak Danny (sebagai wakil). Pada umumnya ibu-ibu itu antusias untuk mendukung beliau apalagi di sini itu mayoritas kaum perempuan. Kehadiran Bu Fatma ini sangat bermanfaat sekali bagi para pedagang,” jelas Muslimin.
Karakter pekerja keras dan sombere’ tersebut dianggap melengkapi ketokohan Danny yang sudah terekam di benak warga Kota Makassar.
Kepekaan Fatma selaku perempuan juga dianggap dapat menjadi pemantik tumbuhnya kembali budaya-budaya yang saat ini sudah mulai terkikis di Kota Makassar. Seperti mengembalikan budaya lorong yang bersih.
“Ibu-ibu biasanya lebih peka dan disiplin. Pasti bisa menanamkan kembali budaya membuang sampah pada tempatnya sejak dini. Mulai dari lingkungan terkecil, yakni di setiap lingkungan keluarga di lorong-lorong,” demikian Rosali, tokoh perempuan Mamajang. (*)
Komentar