Pedomanrakyat.com, Makassar – PT Indeks Politik Indonesia (IP) membedah peluang kemenangan berdasarkan hasil survei terhadap dua pasangan calon yakni pasangan Syamsari Kitta-Natsir Ibrahim alias Nojeng melawan Muhammad Firdaus Dg Manye-Hengky Yasin, di Pilkada Takalar.
Direktur PT IPI Suwardi Idris Amir mengatakan berdasarkan hasil survei pasangan Firdaus Dg Manye-Hengky Yasin unggul tipis berada diangka 49,4 persen. Sementara pasangan Syamsari Kitta- Natsir Ibrahim Nojeng memperoleh angka 40,8 persen.
Elektabilitas pasangan Syamsari-Nojeng, kata dia terus mengalami kenaikan. Sebelumnya hanya bermain di angka 34 persen. Kenaikan elektoral pasangan ini tidak terlepas dari isu yang Putra daerah yang belakangan ini semakin mencuat.
Baca Juga :
“Ini juga yang membuat mereka baik secara terang-terangan maupun secara tersembunyi itu mendukung Syamsari Kitta – Natsir Ibrahim karena merupakan putra Galesong maju 01. Jadi suka atau tidak suka masyarakat yang mencintai daerahnya tentu pasti lebih berpikir memilihnya sebagai penentu kebijakan calon Bupati,” pungkas Suwadi.
Suwadi menuturkan pasangan Syamsari Kitta-Natsir Ibrahim berpotensi menyelip Firdaus Dg Manye – Hengky Yasin di waktu terakhir. Sama seperti saat Syamsari hadapi Burhanuddin Baharuddin di Pilkada Takalar 2017 lalu.
“Saat itu Burhanuddin Baharuddin sudah berada diangka 50-an sementara Syamsari Kitta 41 atau 42 persen. Yang menarik dari segi survei Pilkada 2024 dengan Pilkada 2017 yang lalu, yang pada saat itu tertinggal mirip selisih 8 persen dari lawannya. Tetapi dia (Syamsari) bisa membalikkan keadaan dengan menang tipis dari Haji Burhanuddin waktu itu,” ujar Suwadi.
Suwadi berpendapat Paslon Syamsari Kitta dan Natsir Ibrahim memiliki potensi besar untuk memenangkan pertarungan. Karena menurutnya Firdaus -Hengky yang didukung kekuatan besar dan mayoritas partai telah melakukan tekanan politik, namun sampai hari ini surveinya belum menyentuh angka 50 persen.
“Ini bisa mengejar dan mengalahkan, jika masyarakat bisa betul-betul menentukan pilihan yang sesuai dengan hati nurani karena kedua-duanya memiliki peluang yang sama ,” jelasnya.
Meski demikian, pihaknya mengakui masih cukup banyak orang yang meragukan Syamsari Kitta karena dianggap belum maksimal sebagai bupati sebelumnya, namun pihaknya berdalih hal itu disebabkan pandemi Covod-19 yang mendera saat itu.
Suwadi menandaskan salah satu keuntungan paslon Syamsari-Natsir keduanya membawa isu kedaerahan (primordial) yang mengklaim diri sebagai orang asli Takalar.
Selain isu tersebut, pasangan Syamsari Kitta-Natsir Ibrahim dinilai pasangan komplit dan berpengalaman di pemerintahan. Itu karena Syamsari merupakan Bupati Takalar 2017, sementara calon wakilnya, Natsir Ibrahim adalah mantan wakil bupati Takalar periode sebelumnya yang juga putra mantan bupati dua periode Ibrahim Rewa.
“Keduanya (Syamsari Kitta-Natsir Ibrahim) merupakan pasangan yang sudah berpengalaman di pemerintahan, mantan bupati dan mantan wakil bupati. Jadi peluang menang masih terbuka lebar,” kata pengamat politik dari Unismuh Makassar, Ridwan Pawallang yang juga menjadi narasumber dalam diskusi tersebut.
Diskusi politik ini tidak hanya menghadirkan Direktur Eksekutif PT IPI Suwadi Idris Amir dan Pengamat Politik Unismuh Ridwan Fawallang, tetapi juga Tokoh Literasi dan penulis nasional Bachtiar Adnan Kusuma dan Direktur PT GSI Muhammad Ridwan Saleh.
Bachtiar menambahkan bahwa meski Syamsari Kitta dinilai tidak maksimal dalam memimpin di periode sebelumnya. Namun perlu dicatat bahwa dia juga telah mampu membawa keberhasilan bagi Takalar yakni di bidang pendidikan dan keagamaan.
Diketahui survei PT IPI menggunakan sampel 880 dengan metodologi multistage random samping dengan margin of eror 3,2 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Direktur PT GSI Muhammad Ridwan Saleh melihat bagaimana dinamika politik di Takalar semakin menarik menjelang pencoblosan Pilkada. “Karena awalnya kan format yang dibuat elite adalah kotak kosong. Namun terselamatkan oleh putusan MK terkait ambang batas Pilkada. Syamsari kemudian dibangunkan Nojeng untuk kembali bertarung di Pilkada Takalar,” terang Ridwan.
Menurut Muhammad Ridwan, kalau membaca kultur pilitk di Takalar adalah bagaimana gaung political identias bermain. “Jadi di Takalar akhir-akhir ini selalu muncul isu primordialisme. Di mana kekuatan identitas di Takalar dimainkan dan itu sangat berpengaruh seiring prinsipi yang masih dipegang sampai sekarang,” katanya.
“Ada prinsip orang Takalar, yaitu kalau di luar baik, tapi jauh lebih baik dari dalam. Ini lah yang saya lihat potret kreasi poltik yang dimainkan dan sangat mempengaruhi. Bisa saja ini variabel yang mendongkrak Syamsari Kitta – Natsir Ibrahim,” tutupnya. (*)
Komentar