Pedomanrakyat.com, Makassar – Program pemberantasan buta aksara hijaiah, Melek Al-Qur’an, yang digagas Fatmawati Rusdi memberikan kesan positif di mata masyarakat. Pengakuan ini datang dari alumni yang menyebut program ini membantu meningkatkan kualitas diri, terutama spiritual.
Hal ini terungkap saat tablig akbar yang dihadiri emak-emak kelompok Melek Al-Qur’an di halaman rumah Aspirasi RMS, Kabupaten Pinrang, Minggu (1/9/2024), yang dihadiri langsung sang inisiator, Fatmawati.
Para peserta emak-emak yang kompak mengenakan gamis putih terlihat sangat bersemangat, bahkan ada yang datang jauh-jauh dari Kabupaten Sidrap.
Baca Juga :
- Siap Bersinergi dengan Sulsel, Duta Besar Inggris Dominic Jermey Akui Kepemimpinan Andi Sudirman Dorong Pembangunan Berkelanjutan
- KPU Tetapkan Hasil Perolehan Suara, Andi Sudirman-Fatmawati Rusdi Menang Pilgub Sulsel
- Rangkul Relawan, Andi Sudirman : Silahkan Datang, untuk Kepentingan Masyarakat Banyak
Suarti Rifai, salah satu dari ribuan alumni program Melek Al-Qur’an, mengucapkan terima kasih kepada Fatmawati atas keberhasilannya dalam membangun kualitas perempuan melalui program ini..
“Jika beliau maju sebagai wakil gubernur, kami, ibu-ibu, akan mendukung dan mendoakannya. Terima kasih Andalan Hati,” ungkap perempuan 55 tahun ini.
Sementara itu, Fatmawati mengapresiasi semangat ibu-ibu yang telah datang sejak siang meskipun acara baru dimulai sore hari.
“Luar biasa semangatnya. Memang semangatnya ini ibu-ibu alumni jangan ditanya lagi. Bahkan, kalau ada prosesi wisuda, mereka biasa bilang mau diwisuda lagi,” ujar Fatma disambut tawa dari peserta.
Mantan Wakil Wali Kota Makassar ini mengatakan selama delapan tahun program pemberantasan buta huruf hijaiah, banyak apresiasi yang mengalir. Bu Titi, sapaan akrab Fatma, juga menceritakan perjalanan program ini.
Fatma mengaku bahwa setiap kali mengunjungi pelosok daerah sebagai anggota DPR RI dan Ketua Tim Penggerak PKK Sidrap, dia merasa miris melihat warga yang belum lancar membaca Al-Qur’an.
“Banyak ibu-ibu, anak-anak, remaja perempuan itu belum bisa baca Al-Qur’an. Di situlah saya memulai program ini. Lalu kemudian gayung bersambut animo masyarakat sangat luar biasa, banyak orang mau ikut program ini,” terangnya.
Dia melanjutkan, suatu kebanggaan alumni program ini juga menularkan pengetahuan dengan mengajar perempuan lain di tempat tinggal mereka. “Masyaallah, kita tahu Al-Qur’an adalah pedoman agama Islam, jadi harus selalu dibaca,” kata Fatma.
Oleh karena itu, dia berharap semangat pemberantasan buta huruf hijaiah ini terus ditularkan seluas-luasnya. “Saya sedih jika Al-Qur’an hanya dibaca pada momen-momen tertentu, apalagi jika hanya dibuka saat tahlilan atau kedukaan kematian,” tambahnya.
Komentar