Pedoman Rakyat, Gaza – Dua Warga Negara Indonesia (WNI) di Gaza menceritakan bagaimana bentrokan antara kelompok Palestina dan tentara Israel terjadi belakangan ini.
Dua WNI itu adalah Abdillah Onim dan Husen. Keduanya mengakui, saat terjadi bentrokan tak ada tempat perlindungan.
Dikutip dari Okezone, menurut Onim, dari ratusan korban luka, terutama yang tinggal di Gaza utara, dilarikan ke rumah sakit Indonesia.
Baca Juga :
Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan setidaknya 26 orang, termasuk anak-anak, meninggal akibat serangan udara Israel.
Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz mengatakan ia telah menyetujui dikerahkannya 5.000 tentara cadangan. Di kota Ashkelon, dua warga Israel meninggal akibat serangan roket di Gaza.
Seorang pejabat Palestina mengatakan Mesir, Qatar dan PBB berupaya untuk turun tangan guna menekan kekerasan terparah sejak 2019, yang terjadi pada hari-hari terakhir Ramadhan.
Militer Israel mengatakan mereka menggempur 130 “sasaran teror” semalam di Gaza termasuk pabrik senjata dan tempat penyimpanan. “Kam akan terus menghantam Hamas dan semua komponen militer mereka karena agresi mereka terhadap Israel,” kata juru bicara Letnan Kolonel Jonathan Conricus kepada BBC.
Konflik terus berlanjut sejak bentrokan berdarah di Masjid Al-Aqsa, Jumat 7 Mei lalu. Lebih dari 300 orang Palestina terluka Senin 10 Mei, dalam bentrokan dengan polisi Israel yang melepaskan peluru karet, granat kejut dan gas air mata di kompleks Masjid al-Aqsa, menurut Masyarakat Bulan Sabit.
Polisi mengatakan 21 personel terluka di lokasi.
Israel mulai melancarkan serangan udara Senin malam 10 Mei waktu setempat, untuk membalas apa yang mereka sebut tembakan roket dari Hamas dan militan Palestina lainnya.
Sementara Husen, aktivis kemanusiaan dan wartawan di Gaza, mengatakan “serangan sangat masif, sporadis, acak menyasar pemukiman warga dan di Gaza tidak ada fasilitas bungker yang dapat digunakan untuk berlindung. Itu yang menyebabkan banyaknya korban.” demikian Husen.
Komentar