Pedomanrakyat.com, Myanmar – Saat gempa mengguncang, Ko Zeyer berjalan melewati bangunan yang runtuh, jalan yang rusak, hingga lubang yang menganga di kampung halamannya di Sagaing, Myanmar.
Perjalanan dari Mandalay biasanya memakan waktu 45 menit dengan mobil melintasi Sungai Irrawadd.
Tetapi setelah gempa bumi melanda Jumat pekan lalu, dibutuhkan waktu 24 jam lebih untuk melewati jembatan yang rusak dan bangunan yang runtuh.
Baca Juga :
Ko Zeyer mendapati keluarganya dalam keadaan selamat, tetapi banyak temannya yang meninggal dan sebagian besar kota itu hancur.
Di sisi lain, para penyelamat berebut mencari bantuan dan sumber daya di negara yang kini dikuasai oleh junta militer dan dilanda perang saudara.
“Bau mayat telah memenuhi kota,” kata Ko Zeyar yang merupakan pekerja sosial, mengutip CNN, Sabtu (4/4).
Sementara itu, Jumlah korban tewas akibat gempa bumi dahsyat di Myanmar meningkat menjadi 3.354 orang per Sabtu (5/4).
Sementara korban luka-luka kini sebanyak 4.850 dan 220 orang masih hilang.
Bersamaan dengan itu, Pemimpin junta militer Myanmar, Jenderal Senior Min Aung Hlaing, baru saja kembali ke Ibu Kota Naypyitaw usai menghadiri Bay of Bengal Initiative for Multi-Sectoral Technical and Economic Cooperation (BIMSTEC).
BIMSTEC merupakan pertemuan negara-negara Asia Selatan dan Tenggara yang kali ini digelar di Bangkok.
Pada kesempatan itu, Aung Hlaing sekaligus bertemu terpisah dengan pemimpin delegasi Thailand, Nepal, Bhutan, Sri Lanka dan India.
Dalam pertemuannya dengan Perdana Menteri India, Narendra Modi, Min Aung Hlaing menegaskan kembali rencana junta untuk mengadakan pemilihan umum yang bebas dan adil pada Desember mendatang.
Komentar