Kolaborasi Pemerintah dan ICRAF Lewat Riset Land4Lives untuk Pemulihan Lahan di DAS Bila Walanae Sulsel

Muh Saddam
Muh Saddam

Senin, 26 Mei 2025 16:04

Konferensi Pers di sela-sela konsultasi publik Rencana Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (RPDAS) Bila Walanae.
Konferensi Pers di sela-sela konsultasi publik Rencana Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (RPDAS) Bila Walanae.

Pedomanrakyat.com, Makassar – ICRAF Indonesia dalam riset-aksi
Landscape For Climate-Reselient Livelihoods (Land4Lives), menyampaikan data terbaru terkait kondisi Daerah aliran sungai (DAS) Bila Walanae, Sulawesi Selatan.

Dari riset aksi Land4Lives yang didukung oleh pemerintah Kanada, menunjukkan bahwa sekitar 22 persen wilayas Das Bila Walanae, dalam kondisi kritis.

Terutama di wilayah hulu, karena alih fungsi lahan dan deforestasi, sehingga menurunkan produktivitas lahan serta meningkatkan risiko bencana alam.

Dari hasil kajian Icraf dalam riset aksi Land4Lives menunjukkan bahwa kapasitas penyangga DAS Bila Walanae akan terus menurun, jika tidak diintervensi.

Olehnya itu, Icraf bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Sulsel, Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS), dan Forum DAS menggelar konsultasi publik Rencana Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (RPDAS) Bila Walanae.

Ketua Forum DAS, Usman Arsya, mengakui bahwa kondisi das di Sulsel banyak mengalami rusak. Hal tersebut juga tertuang dalam keputusan Menteri Kehutanan beberapa tahun lalu.

“Kemudian diacu oleh Perda nomor 10 tahun 2015 tetang pengelolaan Das di sulsel yang bisa dilihat pada lampirannya, bahwa ada lebih 100 das di Sulsel yang kondisinya itu sudah harus dipulihakn daya dukunngnya,” kata Usman, di sela-sela acara konsultasi publik, di Hotel Maxone, Makassar, Senin (26/5/2025).

Usman menambahkan bahwa, indikatornya adalah terjadinya banjir. Dimana dalam 1 (satu) tahun bisa dihitung, sementara sekarang intensitasnya makin merapat.

“Jadi lebih sering banjir ditambah lonsoor, kekeringan dan kebakaran-kebakaran hutan,” bebernya.

Kasubbag perencanaan BPDAS Jeneberang-Saddang, Selly Oktavia Hariany, mengungkapkan bahwa, Das Bila Walanae dan Jeneberang masuk penanganan prioritas tahun 2025, karena keadaanya kritis.

“Jadi untuk RPJMN untuk 2025-2029 itu terjadi perubahan tidak lagi ada Das Laronan, tapi ada perubahan das lain untuk das prioritas penanganan. Tapi tahun ini untuk prioritas itu das Bila Walanae dan jeneberang,” jelas Selly.

Selly menuturkan bahwa, pihaknya telah melakukan beberapa penanganan untuk Das, baik yang penganggarannya dari APBN, juga berkolaborasi dengan Dinas Kehutanan Provinsi, APH, dan intansi terkait lain.

“Kemudian ada Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) teknis juga, kita di das Bila Walanae ada namanya danau tempe, itu merupakan salah satu danau priorita juga, disitu kita banyak melakukan penangan disana,” ungkapnya.

“Di samping itu juga ada pembagian bibit produktif yang wajib ditanam masyarakat untuk sitimulasi, pembuatan pembibitan rakyat agar masyarakat menanam dalam wilayah das Bila Walanae. Jadi sudah banyak dilakukan,” lanjut Selly.

Sementara itu, Kabid DAS dan Konservasi DLHK Sulsel, Nazaruddin Kammisi, sangat mengapresiasi Icraf yang telah melakukan riset aksi Land4Lives.

“Kegiatan seperti inilah yang dibutuhkan Sulsel untuk membantu pemulihan wilayah-wilayah Das sekitar, apalagi sekarang secara keseluruhan wilayah lahan kritiskan sekitar 122 ribu (hektare) di Sulsel,” beber Nazaruddin.

Namun kata dia, terkhusus di Das Bila Walanae lahan kritis ada 22 persen atau sekitar 167 hektare. Sehingga harapan masyarakat untuk segera diberdayakan semua.

“Termasuk dari perusahan-perusahaa sesuai petunjuknya pak Gubernur bahwa setiap anak siswa seolah di sulsel menanam 20 pohon per siswa. Kemudian juga kami OPD-OPD di Sulsel, mulai Sekolah Dasar, SMP, SMA itu diharuskan menanam,” tarangnya.

Direktur CIFOR-ICRAF country program Indonesia, Andree Ekadinata, menjelaskan bahwa das bukan hanya isinya komponen tidak hidup, tapi ada juga manusianya.

“Na itu menjadi masalah utama kenapa das susah dikelolah karena didalamnya bukan hanya ada benda mati, tapi ada juga ada manusianya disana. Kami percaya bahwa upaya perlindungan itu harus bisa berjalan seriring dengan upaya memberikan manfaat ekonomi,” jelas Andree.

Andree mengatakan bahwa, pihaknya adalah lembaga yang bergerak di agroforestri, mencampurkan dengan tanaman kehutanan dan pertanian, sehingga bisa menciptkan bentan lahan ganda sebagai fungsi pelindung dan ekonomi kepada masyarakat.

“Dan itulah motivasi kami dari Icraf, kenapa kami membantu forum das dan pemerintah Sulsel agar kita bisa membangun rencanan pengelolaan das yg didalamnya memperhatikan bagaimana penghidupan petani dibawa agroforestri,” pungkasnya.

 Komentar

Berita Terbaru
Daerah27 Mei 2025 23:35
BNN Kota Palopo Apresiasi Komitmen Bupati Irwan Wujudkan BNNK Lutim
Pedomanrakyat.com, Lutim – Bupati Luwu Timur, H. Irwan Bachri Syam membuktikan keseriusannya membentuk Badan Narkoba Nasional Kabupaten (BNNK) L...
Metro27 Mei 2025 22:45
Pemkot Makassar dan Kemenham Perkuat Penanganan Isu HAM
Pedomanrakyat.com, Makassar – Pemerintah Kota Makassar mendorong terjalinnya kolaborasi yang lebih erat dengan Kementerian Hak Asasi Manusia (Kemenh...
Metro27 Mei 2025 22:30
Komisi B DPRD Makassar Harap Rekomendasi LKPJ Wali Kota 2024 Dorong Peningkatan Layanan
Pedomanrakyat.com, Makassar – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Makassar telah menggelar rapat paripurna dalam rangka penyampaian rekom...
Daerah27 Mei 2025 21:50
Pemkab Jeneponto Raih Opini WTP, Bupati Paris Yasir: Terimakasih, Ini Kerja Kolektif!
Pedomanrakyat.com. Jeneponto – Kabar bahagia menyelimuti Bumi Turatea. Pemerintah Kabupaten Jeneponto sukses meraih Opini Wajar Tanpa Pengecualian (...