Pedoman Rakyat, Selayar – Pascagempa Magnitudo 7.4, Pemerintah mengirimkan tim trauma healing dari Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3A-Dalduk KB) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) dan dari Pemerintah Kabupaten Kepulauan Selayar, Selasa (14/12).
Tim Trauma Healing ini diterjunkan untuk membantu memulihkan kondisi trauma warga di Kecamatan Pasimarannu dan Kecamatan Pasilambena, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulsel, pascagempa bumi.
Sebanyak enam orang tim trauma healing itu didatangkan langsung dari Makassar menuju Kabupaten Selayar menggunakan jalur darat dan penyeberangan kapal feri. Sesampainya di Kota Benteng, Ibu Kota Kabupaten Kepulauan Selayar, empat orang dari tim Kabupaten Kepulauan Selayar bergabung dengan rombongan kemudian melanjutkan perjalanan menggunakan jalur laut.
Baca Juga :
Seluruh tim itu dikirim bersamaan dengan pendistribusian barang dukungan logistik dan peralatan yang diangkut menggunakan kapal milik TNI AL, dari dermaga pelabuhan Kota Benteng, Senin (20/12) pukul 17.00 WITA.
Adapun pengiriman tim tersebut merupakan hasil koordinasi yang dilakukan sebelumnya antara Plt. Gubernur Sulsel Andi S bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang diwakili Plt. Deputi Bidang Penanganan Darurat, Jarwansyah saat mengunjungi lokasi terdampak gempabumi M 7,4 di Desa Lamantau, Kecamatan Pasimarannu kemarin, Minggu (19/12).
“Kita akan segera mengirimkan tim trauma healing, untuk melakukan pendampingan kepada warga terdampak yang masih berada di pengungsian. Harapannya semoga warga segera dapat kembali ke rumahnya masing-masing,” jelas Jarwansyah dalam siaran pers BNPB.
Pada pantauan yang dilakukan pada hari ini, Rabu (22/12), tenda-tenda darurat pengungsian masyarakat masih terlihat di beberapa titik di Desa Lamantau, Kecamatan Pasimarannu. Berdasarkan data sementara, ada sebanyak 10.188 warga di wilayah itu yang memilih menetap sementara di tenda-tenda pengungsian darurat.
Pilihan itu diambil warga karena masih trauma usai diguncang gempabumi M 7,4. Di samping itu, sebagian besar dari mereka juga masih diliputi rasa ketakutan tentang peristiwa gempabumi dan tsunami yang terjadi pada 12 Desember 1992 dan menewaskan kurang lebih 2.500 jiwa.
Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), DP3A-Dalduk KB, H. Jamaluddin yang menjadi koordinator para tim trauma healing tersebut mengatakan bahwa pihaknya nantinya akan memberikan pelatihan singkat kepada tim dari perwakilan Kabupaten Kepulauan Selayar untuk pendampingan masyarakat yang masih trauma. Metode itu dipakai mengingat lokasi yang merupakan kepulauan dan waktu tempuh yang lama.
Di samping itu, tim tersebut juga akan mengelompokkan masyarakat dengan level tingkatan traumatisnya dan memberikan pendampingan sesuai kondisinya. Berdasarkan keterangan yang didapatkan, ada masyarakat yang hingga saat ini masih sangat ketakutan dan menunjukkan perilaku trauma berat dengan ditunjukkan dengan keinginan yang bersangkutan untuk lari menuju ke laut.
Di samping itu ada pula anak-anak yang selalu membawa bantal ke mana-mana di atas kepalanya karena takut apabila terjadi gempa bumi susulan.
Menurut Jamaluddin, kondisi trauma berat harus segera mendapatkan pertolongan. Sebab, kalau terlambat mendapat pendampingan, maka akan berpotensi menjadi depresi berat dan dapat berujung menyerang kejiwaannya. Pihaknya juga akan memberikan rujukan apabila terdapat warga yang masuk dalam kategori trauma berat, agar mendapatkan pendampingan dan pemulihan secara intensif di Kota Benteng atau Makassar.
“Itu harus mendapat pendampingan. Kalau tidak, maka yang bersangkutan bisa depresi dan parahnya lagi bisa terkena gangguan kejiwaan. Harus segera kita tangani. Jangan sampai dibawa ke rumah sakit jiwa,” jelas Jamaluddin.
Jamaluddin berharap, semoga kedatangan tim trauma healing itu dapat mencegah kemungkinan terburuk dan memulihkan masyarakat sehingga mereka kembali ke rumah masing-masing.
“Semoga masyarakat di sana nanti dapat segera pulih dan dapat beraktivitas seperti sedia kala,” tandasnya.
Komentar