Pedomanrakyat.com, Jakarta – Kehilangan orang tua atau pengasuh pada usia berapa pun merupakan pengalaman yang traumatis dan emosional.
Namun, pengalaman ini semakin berbeda ketika dialami anak-anak hingga remaja.
Penelitian dari Boston University School of Public Health (BUSPH) menemukan, kehilangan orang tua atau pengasuh pada saat masih anak-anak atau masa remaja, akan sangat memengaruhi perkembangan dan kesejahteraan mereka di berbagai tahap kehidupan.
Baca Juga :
Penelitian bertajuk “Exposure to childhood parental bereavement and risk of school bullying victimization” ini menemukan, remaja yang mengalami kematian orang tua lebih mungkin menjadi korban perundungan.
Riset tersebut diterbitkan dalam Journal of Affective Disorders Volume 380, 1 Juli 2025, Pages 87-93 dan ditulis oleh Hailiang Ran dan kawan-kawan.
Risiko Bullying pada Anak-Remaja Berduka
Studi tersebut mensurvei 21.000 anak di China. Peneliti menemukan, kaitan antara duka cita kehilangan orang tua serta perundungan di sekolah bervariasi berdasarkan jenis kelamin anak dan orang tua yang meninggal, usia saat kematian terjadi, dan wilayah geografis.
remaja di daerah pedesaan, anak perempuan, dan remaja yang lebih tua (usia 13-17) berisiko lebih tinggi mengalami perundungan setelah salah satu orang tua meninggal.
“Kematian orang tua pada masa kanak-kanak merupakan pengalaman traumatis besar yang secara signifikan meningkatkan risiko dampak buruk lainnya, termasuk menjadi korban perundungan,” kata penulis senior dan penulis korespondensi Dr Ziming Xuan, profesor ilmu kesehatan masyarakat di BUSPH, dikutip dari Science Daily pada Sabtu (10/5/2025).
Kematian ibu meningkatkan risiko ini khususnya di kalangan remaja laki-laki.
“(Ini) menunjukkan dukungan ibu dapat memainkan peran perlindungan yang unik dalam kehidupan anak laki-laki,” katanya.
Dukungan Orang Tua Memengaruhi Interaksi Sosial Anak
Dukungan orang tua sangat membentuk kesejahteraan fisik, mental, ekonomi, dan sosial anak-anak. Semua ini memengaruhi cara mereka berinteraksi dengan teman sekelas dan menjalin hubungan di sekolah.
Untuk penelitian ini, Dr Xuan dan rekan-rekannya dari BUSPH dan Kunming Medical University (KMU) di Kunming, Yunnan, China menggunakan data tahun 2019-2021 dari Mental Health Survey for Children and Adolescents atau Survei Kesehatan Mental untuk anak-anak dan Remaja.
Survei tersebut merupakan penelitian skala besar yang sedang berlangsung, yang menilai kesehatan mental lebih dari 35.000 anak di China barat daya. Pesertanya berusia 10-17 tahun.
Di antara kelompok studi, hampir tiga persen peserta mengalami kematian orang tua dan lebih dari 15 persen melaporkan mereka ditindas di sekolah. Mayoritas kematian orang tua di China selama periode studi ini terjadi sebelum pandemi COVID-19 dimulai, tetapi diperkirakan delapan juta anak di bawah 18 tahun di seluruh dunia telah kehilangan orang tua atau pengasuh utama karena penyebab terkait pandemi.
Di Amerika Serikat, lebih dari empat persen anak hingga usia 17 tahun telah kehilangan setidaknya satu orang tua pada 2021.
Apa yang Harus Dilakukan pada Anak-Remaja Berduka?
Para peneliti berharap data ini dapat menginformasikan dukungan yang disesuaikan untuk remaja yang sedang berduka karena kehilangan orang tua.
“Intervensi yang efektif untuk mengurangi risiko penindasan di sekolah di antara anak-anak yang berduka harus berlapis-lapis dan jangka panjang, menargetkan dukungan emosional dan sosial,” kata Dr Xuan.
“Hal ini dapat mencakup konseling yang dipersonalisasi, keterlibatan aktif dari pengasuh yang tersisa atau keluarga besar, dan program yang disesuaikan dengan tahap perkembangan dan konteks budaya,” jelasnya.
Dukungan ini juga harus berkembang seiring waktu, karena kebutuhan anak-anak berubah selama proses berduka, tambahnya.
“Di sekolah, pendidik dan staf harus dilatih untuk mengenali tanda-tanda kesedihan dan kerentanan serta menumbuhkan lingkungan yang inklusif dan empatik. Iklim sekolah yang hangat dan penuh perhatian dapat menjadi sangat penting dalam mengurangi risiko perundungan dan meningkatkan ketahanan (resiliensi) di kalangan remaja yang berduka,” terangnya.
Komentar