Pedoman Rakyat, Makassar – Warga Kota Makassar menghitung hari lagi akan menentukan pilihannya pada Pilwalkot. Tidak memilih calon pemimpin yang punya kepentingan bisnis yang lebih besar, banyak muncul diserukan jelang pencoblosan, 9 Desember nanti.
Di ruang-ruang publik bahkan seruan ini salah satu topik hangat jadi buah bibir.
Sofyan Mansyur, salah satunya. Tokoh pemuda di Kecamatan Tamalate ini, mengajak warga untuk cerdas dalam menentukan pilihan.
Baca Juga :
Ia berkesimpulan, 9 Desember nanti adalah merupakan momentum kemenangan koalisi rakyat. Asal ditahu, tagline koalisi rakyat sering kali dialamatkan kepada paslon nomor urut satu, Moh Ramdhan ‘Danny’ Pomanto-Fatmawati Rusdi.
Karena itu, ADAMA, begitu akronimnya, harus dimenangkan, karena terbukti tidak punya “dekkeng” yang berambisi ingin menguasai Makassar. Dan ditambah lagi, tidak punya kepentingan bisnis besar yang terlilit utang triliunan.
“Sangat bahaya Makassar jika sampai jatuh ke calon pemimpin yang dibelakangnya punya kepentingan bisnis lebih besar. Bisa-bisa Makassar ini digadaikan. Apalagi kalau sampai tersangkut utang triliunan,” ujar Fyan, begitu sapaan dekatnya.
Entah siapa paslon yang dimaksud punya kepentingan bisnis lebih besar. Akan tetapi, bila menarik ke belakang saat debat publik kedua Pilwalkot Makassar di Jakarta (24/11/2020), persoalan kepentingan bisnis sempat jadi perdebatan.
Singgung di Debat
Kala itu, paslon nomor urut 2 Munafri Arifuddin-Abd Rahman Bando (Appi-Rahman) mengkritik penataan kota yang dijalankan oleh Danny Pomanto-Deng Ical yang dianggap belum bisa dikatakan berhasil.
Appi menyebut ketidakberhasilan Danny-Ical di periode lalu, dalam mengatasi banjir di beberapa pemukiman warga. Selain banjir, persoalan kemacetan juga ia sampaikan.
Menantu pengusaha besar Aksa Mahmud ini berkesimpulan, persoalan banjir hingga saat ini masih dikeluhkan oleh warga. Padahal program penataan kota saat Danny-Ical memimpin Pemkot Makassar diklaim telah berhasil.
“Saya rasa persoalan banjir di Kota Makassar masih selalu terjadi, baru masih dikeluhkan warga di beberapa wilayah pemukiman. Saya heran selalu dikatakan berhasil padahal banjir terus,” kata Appi saat debat lalu.
Selain banjir, kemacetan pun ia sampaikan di sela debat Pilkada Makassar. Menurut Appi, kemacetan terjadi karena akses jalan yang ada di Kota Makassar mirip sebuah (mata) gergaji.
“Tidak satupun wilayah di Makassar yang tidak mengalami kemacetan. Selalu dibilang badan jalan lurus semua, padahal bentuknya seperti gergaji. Ini tata ruang atau tata uang? Tidak ada yang sama,” tambah Appi, Selasa (24/11/2020).
Danny Pomanto yang pertama menjawab. Ia menyebut titik terparah banjir di Makassar ada di Kecamatan Manggala. Di Manggala pula, sejumlah pembangunan milik kolega Appi berdiri megah. Pembangunan itu dikaitkan dengan penyebab banjir.
“Mungkin paslon nomor 2 maksud itu di Kecamatan Manggala. Saya tahu kalau banjir tetap terjadi kalau ada pembangunan di situ, yah mungkin kita tahu,” sebut Danny.
Bak gayung bersambut, paslon nomor urut 3 Syamsu Rizal juga turut menyinggung pembangun terduga penyebab banjir di Kecamatan Manggala.
Deng Ical sapaan dekatnya mengungkapkan, banjir itu dipicu oleh pembangunan dari kubuh paslon nomor urut 2 tersebut. “Kalau kita seorang pengusaha jangan mi mengatur soal pemerintahan, karena nanti lebih mendahulukan kepentingan sebuah kelompok karena adanya koneksi. Wilayah yang dimaksud tadi kan juga banjir karena pembangunan itu,” beber Deng Ical dengan dialeg khas Makassar.
“Utamakan dulu kepentingan rakyat baru kepentingan parsial, jangan ada grup bisnis yang ingin mengintervensi semua kebijakan,” Deng Ical menambahkan. (zeg)
Komentar