Pedomanrakyat.com, Makassar – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), mengungkap 9.864 rumah terdampak kekeringan yang tersebar di 3 kecamatan. Kondisi itu membuat Makassar ditetapkan berstatus tanggap darurat.
Berdasarkan data hasil asesmen BPBD Makassar per 25 September 2024, total 37.308 warga di tiga kecamatan terdampak kekeringan, yakni Ujung Tanah, Bontoala dan Tallo. Total ada 12 kelurahan dari 3 kecamatan itu yang dinilai kekurangan suplai air bersih.
“Data asesmen kami menunjukkan bahwa ada 3 kecamatan dan 12 kelurahan yang mengalami kesulitan sumber air bersih, yakni Bontoala, Ujung Tanah dan Tallo,” kata Kepala Pelaksana BPBD Makassar Achmad Hendra Hakamuddin kepada detikSulsel, Selasa (1/10/2024).
Baca Juga :
Di Kecamatan Tallo dilaporkan ada 7.040 rumah yang tersebar di Kelurahan Pannampu, Tallo, Suangga, Kaluku Badoa, dan Ujung Pandang Baru. Dari total rumah itu, tercatat ada 23.473 warga yang kekurangan air bersih.
Di Kecamatan Ujung Tanah, ada 1.218 rumah dan 5.878 jiwa terdampak yang tersebar di Kelurahan Cambayya, Pattingalloang Baru, Camba Berua, dan Gusung. Sementara di Kecamatan Bontoala total 1.606 rumah dan 7.957 warga terdampak kekeringan yang tersebar di Kelurahan Bontoala Tua, Layang dan Bungaejayya.
“Data tersebut bukan berarti benar-benar kering tapi suplai air bersih terganggu,” tutur Hendra.
Menurut Hendra, kekeringan yang melanda 3 kecamatan di Makassar disebabkan musim kemarau. Berdasarkan data dari BMKG, kata Hendra, curah hujan di bawah normal.
“Data menunjukkan bahwa memang kondisi Makassar saat inikan curah hujannya di bawah normal. Itu dari BMKG sebagai mitra kita. Faktanya bahwa di beberapa wilayah Makassar, masyarakat mulai kekurangan sumber air bersih,” ucapnya.
“Berdasarkan data dan fakta tersebut, kami dari BPBD menyampaikan kepada pimpinan untuk menetapkan Kota Makassar statusnya sebagai siaga darurat bencana kekeringan,” tambah Hendra.
Hendra mengatakan, pihaknya saat ini masih mengintensifkan monitoring pemantauan di wilayah rentan terdampak di tengah musim kemarau. Pihaknya juga masih melanjutkan proses asesmen.
“Sekaligus mengasesmen seperti apa kondisinya dan menganalisis data tersebut, apakah dalam kurun waktu tertentu meningkat, tetap atau justru berkurang. Karena jika dibandingkan tahun lalu dengan waktu yang sama, saat ini kondisinya tidak separah tahun lalu,” paparnya.
Dia menganggap kondisi kemarau tahun lalu pada periode yang sama, Makassar masih diguyur hujan meski belum intens. Wilayah yang menjadi sumber air baku Makassar juga saat ini masih hujan.
“Di tahun ini kita masih dapat hujan, meskipun tidak di kota Makassar tapi wilayah-wilayah yang menjadi kontribusi sumber air bersihnya kadang hujan seperti Maros dan Gowa. Beberapa waktu lalu kan terjadi hujan di Maros dan Gowa dan ini menambah sumber air baku PDAM,” jelas Hendra.
Hendra mengatakan, pihaknya masih mempertimbangkan status Makassar menjadi tanggap darurat kekeringan. PDAM Makassar dinilai masih bisa mengakomodir kebutuhan air warga secara mobile atau mendatangi langsung rumah warga terdampak.
“Data asesmen per hari ini kami belum menyarankan untuk menaikkan status menjadi tanggap darurat, karena PDAM masih turun. Artinya masih bisa meng-cover kebutuhan masyarakat,” pungkasnya.
Komentar