Pedoman Rakyat, Jakarta – Ketersediaan pupuk bersubsidi di tingkat petani harus tersedia cepat, cermat dan akurat (CCA). Oleh karena itu, pengawasan tata kelola distribusi harus diperketat, khususnya pada tingkat distributor dan pengecer.
Sanksi tegas harus diterapkan pada pihak yang melakukan pelanggaran yang sudah disepakati dengan pemerintah. “Harap diingat, sektor pertanian terkait erat dengan masalah waktu, selalu CCA atau cepat, cermat dan akurat. Saya berharap kita perbaiki tata kelola pupuk melalui forum ini,” kata Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo di Jakarta, Kamis (6/5/2021) pada Focus Group Discussion (FGD) bertajuk ‘Tata Kelola Pupuk Bersubsidi’ yang dihadiri Direktur Utama PT Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC) Bakir Pasaman dan sejumlah pejabat eselon satu Kementerian Pertanian (Kementan).
Mentan Syahrul meminta pengawasan tata kelola distribusi pupuk bersubsidi diperketat khususnya pada tingkat distributor dan pengecer. Sanksi tegas juga harus diterapkan pada pihak yang melanggar ketentuan yang telah disepakati pemerintah, khususnya Kementan dengan PIHC.
Baca Juga :
“Izin Pak Direktur, Dirut (direktur utama) PIHC, bukan mau mencampuri, dan ini juga berlaku untuk jajaran saya. Kalau ada yang tidak benar, bermain-main dengan pupuk dengan cara tidak benar, pecat itu Pak. Kasih berhenti saja. Saya akan persoalkan kalau distribusi bersoal,” kata Mentan Syahrul saat membuka FGD di kantor pusat Kementan, kawasan Ragunan, Jakarta Selatan.
Syahrul menegaskan pihaknya fokus dengan ketersedian pupuk di tingkat petani. Karena penggunaan pupuk merupakan salah satu faktor penting dalam rangka meningkatkan produktifitas dan produksi komoditas pertanian, khususnya produksi pangan.
“Jangan cuma lihat pupuknya. (Ini) negara 267 juta penduduk, negara besar yang kalau kurang makannya, kalau kita salah menghitungnya, salah dan berspekulasi atas program konsepsi, ini berbahaya untuk 267 juta orang penduduk Indonesia,” katanya.
Menurut Syahrul, Kementan sangat gigih di lapangan mendukung kinerja petani. Karena pandemi Covid-19 memaksa orang tinggal di rumah, tidak ada aktivitas berlangsung maksimal di luar rumah, tetapi pangan rakyat harus tetap tersedia.
“Tidak ada orang yang tidak butuh makan. Itu yang kami jaga dari lorong ke lorong. Saat refocusing anggaran di berbagai sektor, bisa dikatakan bahwa kami overstock beras dari 2019 ke 2020 maupun 2020 ke 2021. Ini sesuai data BPS (Badan Pusat Statistik),” kata Syahrul.
Dia mengingatkan sektor pertanian juga jadi tumpuan pembangunan ekonomi nasional. Di antaranya memberikan kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB), di mana pada masa pandemi Covid-19 hanya sektor pertanian yang menunjukkan pertumbuhan positif sekitar 16,24%. Pertanian saat ini diterapkan dengan bebeberapa teknologi dan pupuk juga menjadi bagian penting.
“Saya selalu ingat, Presiden Jokowi selalu memberi chalenge, katanya tidak ada keringat mengkhianati janji dan hasil. Pertanian berhasil tumbuh positif dan ekspor bisa naik mencapai 15,7%. Ini kerja siapa? Bukan kerja Syahrul, tapi kerja semua Indonesia,” katanya.
Dalam kesempatan terpisah, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi mengatakan penyuluh rutin mengunggah data petani ke Sistem Informasi Penyuluhan Pertanian (Simluhtan) yang dilengkapi Nomor Induk Kependudukan (NIK) sebagai acuan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (eRDKK).
“Data ini menjadi acuan Kementan dalam mengukur secara tepat jumlah petani dan alokasi pupuk bersubsidi pada tiap kelompok tani,” kata Dedi Nursyamsi.
BPPSDMP terus berupaya memperkuat peran penyuluh di Balai Penyuluhan Pertanian pelaksana Komando Strategis Pembangunan Pertanian (BPP KostraTani). Hal ini untuk mendukung input dan update Simluhtan berbasis NIK dari Ditjen Kependudukan dan Catatan Sipil-Kementerian Dalam Negeri (Dukcapil Kemendagri).
Komentar