Pedoman Rakyat, Jakarta – Ketua Umum Cyber Indonesia Muannas Alaidid mengomentari cuitan penyidik senior KPK Novel Baswedan yang menyebut tes wawasan kebangsaan (TWK) adalah alat untuk menyingkirkan 75 pegawai KPK yang kritis dan berintegritas.
Menurutnya, Novel Baswedan tak perlu menggunakan istilah ‘disingkirkan’ padahal sebenarnya takut kehilangan jabatan di KPK.
“Takut hilang jabatan jangan pakai istilah disingkirkan,” tulis Muannas di akun Twitternya, @muannas_alaidid, pada Minggu (16/5/2021).
Baca Juga :
Sementara soal pernyataan Novel bahwa pegawai KPK yang mau disingkirkan adalah mereka yang kritis, Muannas berpendapat bahwa sikap kritis bisa di lakukan di manapun tanpa harus menduduki jabatan tertentu.
“Jabatan itu amanah dan titipan, kalau niatnya kritis bisa di luar,” jelas politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) itu.
Lagipula, lanjut Muannas, kritis dan integritas itu lebih tepat disematkan kepada orang-orang bersih, bebas kasus, dan berani bertanggung jawab atas tuduhan kriminal pembunuhan yang disangkakan padanya.
Diduga pernyataan Muannas itu terkait kasus dugaan penganiayaan pencuri sarang burung walet di Bengkulu pada 2004 silam yang menyeret Novel Baswedan.
Dalam kasus tersebut, Novel yang saat itu berdinas di Polres Bengkulu, dinilai tak bertanggung jawab atas kasus pencurian sarang burung walet yang mengakibatkan kematian maupun cacat permanen terhadap pelaku.
“Mereka yang kritis dan berintegritas itu hanya bisa disematkan kepada orang bersih, bebas kasus, dengan berani bertanggungjawab atas tuduhan kriminal pembunuhan yang disangkakan padanya,” ungkap Muannas Alaidid.
Sebelummya diberitakan, sebanyak 75 pegawai KPK termasuk Novel Baswedan dinonaktifkan karena tidak lolos TWK. Hal itu berdasarkan Surat Keputusan Pimpinan KPK Nomor 652 Tahun 2021.
Komentar